Sementara itu, nada perdamaian tidak bergema di Kremlin, Vladimir Putin mengamuk setelah panggilan 75 menit dengan Emmanuel Macron dan Olaf Scholz.
Dia mengatakan, Ukraina bersalah atas pembalasan di luar hukum terhadap pembangkang, menyandera warga sipil, menggunakan mereka sebagai perisai manusia, dan menempatkan persenjataan berat di daerah sipil dekat rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak.
Scholz dan Macron memohon pada Putin segera mengakhiri perang. Tetapi, seorang pejabat Prancis mengatakan, dia tidak menunjukkan kesediaan untuk membatalkan invasi tidak manusiawinya.
Sebelumnya, Rusia mengingatkan secara keras jika Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memberi perintah pengiriman militernya ke Ukraina.
Baca Juga: Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa di Bulan Ruwah yang Masih Lestari Hingga Kini
Jika Joe Biden mengerahkan militernya masuk Ukraina, dinilai Rusia akan memicu peperangan dalam skala besar.
Tak ingin hal itu terjadi, Rusia memperingatkan pengiriman militer AS ke Ukraina adalah 'target yang sah'.
Rusia menilai langkah AS akan memicu kekhawatiran diikuti negara-negara lain yang bisa tersedot ke dalam konflik.
Sebagai reaksi tindakan AS, Rusia langsung memberi ancaman yang mengerikan ke negara Barat.***(Rizki Laelani/Pikiran-Rakyat.com)