PORTAL JOGJA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy berharap negara Barat yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO segera memberikan bantuan senjata untuk melawan Rusia.
Namun bantuan militer berupa senjata itu tidak kunjung tiba. Sementara itu Ukraina terus mengalami serangan udara oleh pasukan Rusia yang menyebabkan kota hancur.
Presiden Zelenskiy mengecam Barat karena dituding lambat dalam merespon invasi Rusia. Di sisi lain harapan Ukraina menjadi anggota NATO juga belum jelas.
Zelenskiy menyatakan tidak melihat keberanian dari NATO saat Ukraina memohon lebih banyak keterlibatan dari sekutu dalam negosiasi damai.
Selain itu, Zelensky menilai NATO lambat dalam mengirim lebih banyak sistem anti-rudal.
Zelensky berjanji akan membayar semua atas kiriman peralatan perang ke negaranya. Artikel ini sebelumnya tayang di Pikiran-Rakyat.com pada 13 Maret 2022 dengan judul berita Tegas Sebut NATO Tidak Berani, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Berjanji akan Bayar Bantuan Senjata.
Sebagai pemimpin masa perang, Volodymyr Zelensky mengklaim 1.300 tentara Ukraina telah tewas.
Sejauh ini lanjut Zelenskiy, sekitar 500 orang Rusia menyerah dan mengatakan pasukan Putin hanya dapat merebut Kyiv jika mereka meruntuhkan kota hingga rata dengan tanah.
Tetapi, tampaknya ada tanda-tanda sedikit kemajuan dalam negosiasi. Volodymyr Zelensky mengatakan, negara-negara yang bertikai telah mulai membahas proposal 'konkret' daripada hanya 'bertukar ultimatum'.
Sementara itu, nada perdamaian tidak bergema di Kremlin, Vladimir Putin mengamuk setelah panggilan 75 menit dengan Emmanuel Macron dan Olaf Scholz.
Dia mengatakan, Ukraina bersalah atas pembalasan di luar hukum terhadap pembangkang, menyandera warga sipil, menggunakan mereka sebagai perisai manusia, dan menempatkan persenjataan berat di daerah sipil dekat rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak.
Scholz dan Macron memohon pada Putin segera mengakhiri perang. Tetapi, seorang pejabat Prancis mengatakan, dia tidak menunjukkan kesediaan untuk membatalkan invasi tidak manusiawinya.
Sebelumnya, Rusia mengingatkan secara keras jika Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memberi perintah pengiriman militernya ke Ukraina.
Baca Juga: Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa di Bulan Ruwah yang Masih Lestari Hingga Kini
Jika Joe Biden mengerahkan militernya masuk Ukraina, dinilai Rusia akan memicu peperangan dalam skala besar.
Tak ingin hal itu terjadi, Rusia memperingatkan pengiriman militer AS ke Ukraina adalah 'target yang sah'.
Rusia menilai langkah AS akan memicu kekhawatiran diikuti negara-negara lain yang bisa tersedot ke dalam konflik.
Sebagai reaksi tindakan AS, Rusia langsung memberi ancaman yang mengerikan ke negara Barat.***(Rizki Laelani/Pikiran-Rakyat.com)