Network
PORTAL JOGJA - Keputusan Presiden Vladimir Putin dalam menginvasi Rusia dengan serangkaian serangan rudal ke beberapa kota di negara Ukraina mampu melahirkan tragedi besar.
Hal itu terjadi setelah Putin yang terkenal keras dan egois menyatakan perang melawan Ukraina. Kemudian menyatakan ingin merebut kembali bekas wilayahnya di sejumlah kota kawasan itu.
Namun, kesemuanya itu berubah total setelah adanya Krimea yang terjadi tahun 2014. Menurut Rahman, Rahitya Hadi dalam artikel,” Anekasasi Krimea Oleh Rusia” yang dimuat dalam https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/77804
Semenjak peristiwa anekasasi Krimea banyak kecaman dan sanksi dari negara-negara besar yang ditujukan kepada Rusia khususnya Amerika Serikat dan NATO.
Baca Juga: Peristiwa Politik Anekasasi dan Krimea 2014 Oleh Rusia dan Dampaknya
Namun demikian, Rusia tetap melakukan tindakan aneksasi kepada Crimea karena berbagai kepentingan yang dimiliki Rusia di Crimea.
Apalagi, Crimea memiliki kota pelabuhan yang bernama Sevastopol yang merupakan tempat armada laut hitam Rusia terbesar dan menjadi poros penting dalam menjaga stabilitas kawasan Rusia.
Kremlin dan perwakilannya terus-menerus berbicara tentang dugaan penderitaan etnis Rusia yang tinggal di Donbass, yang diduga diancam oleh pihak berwenang Ukraina. Tetapi orang-orang biasa di Rusia tampaknya tidak tergerak oleh propaganda Kremlin.
Menurut The Moskow Times hal tersebut berbeda pada tahun 2014. Mayoritas orang Rusia mendukung dan merayakan pencaplokan ilegal Krimea. Semenanjung Ukraina telah menjadi bagian dari mitologi kekaisaran Rusia.
Baca Juga: Info Stok Darah UDD PMI se-DIY Hari Ini Minggu 13 Maret 2022, Makin Menipis
