PORTAL JOGJA - Ratusan orang berdemonstrasi di kota-kota besar Australia pada Sabtu, 10 April 2021 memprotes kematian lebih dari 470 orang Aborigin di dalam tahanan.
“Orang-orang kami terus mati dengan kecepatan yang mengerikan. Tidak ada akuntabilitas, dan tidak ada keadilan, ”ujar NATSILS, kelompok layanan hukum untuk orang Aborigin dan Penduduk Pribumi Selat Torres.
Protes dan pawai Stop Black Deaths in Custody dilakukan dilakukan di Sydney, Brisbane, Melbourne, dan ibu kota Canberra, menjelang peringatan laporan oleh komisi kerajaan tentang kematian kulit hitam dalam tahanan.
Baca Juga: Peringatan 40 Hari Meninggalnya Rina Gunawan, Bertepatan Dengan Ulang Tahun Pernikahannya
Baca Juga: Farah Quinn Rayakan Ulang Tahun Bersama Jessica Iskandar di Bali, Dapat Doa Punya Rumah Baru
Laporan tersebut melihat adanya tingkat kematian orang-orang Aborigin yang lebih tinggi di dalam penahanan dari pada non-aborigin pada kurun waktu 1987 hingga 1991.
Kini, tiga puluh tahun setelah dikeluarkannya laporan tersebut lebih banyak lagi orang Aborigin yang meninggal dunia di dalam tahanan.
Padahal penduduk asli benua Australia tersebut hanya berjumlah dua persen dari keseluruhan populasi Australia, namun mereka mengisi 27 persen penjara nasional.
“Hampir 30 tahun dan 441 kematian sejak Royal Commission, tidak ada petugas polisi atau otoritas yang dihukum atas kematian orang kulit hitam di dalam tahanan,” lanjut NATSILS yang meminta jawaban atas terjadinya kematian yang dirasa tidak wajar tersebut.
Baca Juga: ASN yang Masih Nekat Mudik Lebaran akan Dikenai Sanksi