Warisan Kesusastraan Islam di Keraton Yogyakarta

- 27 Maret 2023, 03:14 WIB
 Karya sastra bergenre Islam di Keraton Yogyakarta berhuruf Arab Pegon berjudul Hikayat Bayan Budiman atau sering disebut Hikayat Kojah Maimun yang diperkirakan ditulis pada paruh awal abad ke-19.
Karya sastra bergenre Islam di Keraton Yogyakarta berhuruf Arab Pegon berjudul Hikayat Bayan Budiman atau sering disebut Hikayat Kojah Maimun yang diperkirakan ditulis pada paruh awal abad ke-19. /kratonjogja.id /

PORTAL JOGJA- Tradisi kesusastraan Islam di Keraton Yogyakarta telah lahir sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).

Pendirian Sekolah Tamanan pada 1757 menjadi awal mula penulisan kesusastraan Islam di Keraton Yogyakarta. Salah satu pelajaran yang diberikan di Sekolah Tamanan adalah pendidikan agama dan mengaji.

Abdi Dalem yang bertugas mengajarkan pendidikan agama dan mengaji adalah Reh Kawedanan Kapangulonan. Pelajaran yang diperoleh meliputi Kitab Turutan, Al-Qur'an dan tafsir, Hukum Agama Islam, dan tradisi upacara Kerajaan Mataram hingga Keraton Yogyakarta yang berhubungan dengan kehidupan Agama Islam. Berawal dari sinilah kesusastraan Islam tumbuh subur sejalan dengan tradisi tulis di Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Timnas Indonesia Sukses Tekuk Burundi 3-1 di FIFA MatchDay 

Saat ini, kesusastraan Islam tertua yang tersimpan di Keraton Yogyakarta usai peristiwa Geger Sepehi pada 1812 adalah Kanjeng Kiai Al-Qur'an. Kanjeng Kiai Al-Qur'an yang ditulis pada 1797 dianggap Gubernur Jenderal Raffles tidak termasuk bagian dari warisan adiluhung Hindu-Buddha Jawa, sehingga tidak turut dijarah.

Al-Qur'an yang disalin oleh Ki Atmaparwita Ordonas Sepuh di Surakarta tersebut memiliki catatan pensil yang menerangkan bahwa kitab tersebut milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedhaton, putri ke-37 dari Sri Sultan Hamengku Buwono II, yang memperoleh Pendidikan Agama Islam dari Haji Muhammad, seorang Abdi Dalem Punakawan dan dari Ibu Guru Atun di Keraton Yogyakarta.

Di Keraton Yogyakarta terdapat empat Al-Qur'an yang disalin dan diberi tafsir dalam bahasa Jawa. Al-Qur’an ini ditulis dengan menggunakan tinta emas dengan ornamen bingkai yang menghiasi di setiap tepi kertas.

Beberapa tafsir ditulis pula dengan aksara pegon yakni aksara Arab berbahasa Jawa. Dengan demikian sejak Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), selain penggunaan aksara Jawa, masyarakat Kesultanan Yogyakarta agaknya telah mengenal pula tradisi aksara pegon.

Setidaknya terdapat empat genre sastra Islam di Keraton Yogyakarta, yaitu hikayat, suluk, sastra kitab, dan babad. Terdapat dua judul hikayat yang tersimpan di Perpustakaan KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta, Hikayat Bayan Budiman atau sering disebut Hikayat Kojah Maimun dan Hikayat Syekh atau Kadis Ngabdul Qodir Jaelani.

Hikayat Bayan Budiman diperkirakan ditulis pada paruh awal abad 19. Sementara Hikayat Syekh merupakan sastra yang diprakarsai oleh Kanjeng Ratu Mas, istri Sri Sultan Hamengku Buwono III pada 1866.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: kratonjogja.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x