Ki Tjokrowasito Empu Karawitan Yogyakarta yang Karyanya Meroket Sampai ke Angkasa Luar  

- 19 Maret 2023, 05:30 WIB
Ki Tjokrowasito Empu Karawitan Yogyakarta (1904-2007).
Ki Tjokrowasito Empu Karawitan Yogyakarta (1904-2007). / Foto: Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta/

Jasa-jasanya begitu besar dalam usahanya memajukan seni karawitan di Kadipaten Pakualaman dan Kesultanan Yogyakarta. Sehingga dikenal sebagai pelopor pembaharuan dalam menciptakan gending-gending Jawa.

Atas prestasinya tersebut, ia kemudian dipercaya sebagai direktur musik gamelan di stasiun Radio Mavro (Mataram Sche Vereeniging Radio Omroep) Hindia Belanda (1934), Radio Hoso Kyoku (1942-1945) selama pendudukan Jepang.

Pada 1951 diangkat sebagai Kepala Unit Kesenian RRI Nusantara II Yogyakarta. Ia juga diangkat sebagai pengajar di Konservatori Tari Indonesia (KONRI) Yogyakarta dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta.

Ki Tjokrowasito pernah mendirikan perkumpulan yang berkaitan dengan seni karawitan dan tari, yaitu Mardi Wirama, Langen Budaya, Lebda Swara, dan Pusat Olah Vokal Wasitodipuro.

Ki Tjokrowasito menguasai teknik permainan semua instrumen gamelan, namun memiliki spesialis dan dikenal sebagai pengrebab (pemain rebab) yang hebat yang pilih tandhing atau sulit untuk ditandingi.

Pada saat menjabat Kepala Unit Kesenian RRI Yogyakarta, ia dianugerahi gelar Raden Ngabehi Tjokrowasito oleh KGPAA Paku Alam VII. Gelar keningratannya terus berlanjut hingga masa Paku Alam VIII dan IX, seiring dengan prestasi yang terus menanjak di dunia karawitan: Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wasitodiningrat dan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notoprojo.

Pada 1952 Ki Tjokrowasito menciptakan gending Jaya Manggala Gita yakni sebuah gending patriotis yang dipersembahkan kepada negara. Karena negara telah memberikan imaji kejayaan zaman Kertanegara sampai Proklamasi 1945. Gending tersebut digelar di Pura Pakualaman dengan menggunakan gamelan laras slendro dan pelog. Karyanya itu dapat memadukan gamelan umum dengan gamelan sakral dan kuno, yakni Carabelan, Kodok Ngorek, dan Monggang.

Ki Tjokrowasito juga menciptakan gending ilustrasi tari yang memasukkan unsur Banyuwangi, Banyumasan dan Sunda. Tidak ketinggalan gending-gending politik diciptakan pula, seperti Usdek yang mengajak rakyat percaya pada program Soekarno. Awal Orde Baru pun menciptakan karya-karya jargon pembangunan, seperti gending Modernisasi Desa (1970).

Keahliannya dalam bidang karawitan yang diwarnai dengan nilai-nilai pembangunan yang berakar dari budaya Jawa. Menjadikan namanya melejit sampai ke luar negeri sebagai anggota misi kesenian maupun sebagai tenaga pengajar. Tak heran jika Ki Tjokrowasito pernah menjadi profesor di California Institute Of The Arts Amerika Serikat dan universitas bergengsi di berbagai benua. Hingga kemudian bermukim di Negeri Paman Sam selama puluhan tahun (1971-1992).

Sehingga, ia banyak memperoleh penghargaan dan piagam dalam bidang kesenian. Murid-muridnya tersebar di berbagai tempat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan sebagian telah mencapai gelar Ph.D, serta menjadi pengajar musik karawitan di lembaga-lembaga pendidikan kesenian.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Kebudayaan Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x