Musisi Karawitan Spesialis Gender Menghadapi Gejolak Zaman Edan

- 5 Maret 2023, 05:56 WIB
 Kelompok Gamelan Kalatidha menggelar konser komposisi “Empan Papan” di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Yogyakarta 2022.
Kelompok Gamelan Kalatidha menggelar konser komposisi “Empan Papan” di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Yogyakarta 2022. /Instagram @psbk_jogja /

"Betul-betul dilematis hidup di zaman edan ini, serba gagap untuk memposisikan diri, serba gagap untuk menangkal pengaruh buruk dari lingkungan sekitar, ikut hanyut dalam keadaan atau masih berpegang teguh pada jati diri masing-masing. Alternatif solusi bagaimana seorang manusia harus berbuat dan bersikap dalam menghadapi zaman edan, telah dituliskan dalam Serat Kalatidha. Kendati telah berusia satu abad, tetapi ajarannya masih aktual dan apresiatif hingga sekarang,”lanjutnya.

Sehingga dari Serat Kalatidha mengarahkan imajinasinya untuk membuat komposisi yang menggambarkan isi dari serat tersebut. Sebagai musisi, keinginan merespon peristiwa yang terjadi disekitarnya adalah sebuah naluri. Oleh karena itu, banyak karya seni yang diciptakan untuk menggambarkan, menilai, menyindir dan mengkritik apa yang terjadi di sekitarnya. Sehingga tak jarang karya yang dihasilkan, juga menawarkan solusi dan pencerahan terhadap peristiwa yang sedang terjadi.

Wahyu mengaku bahwa pertunjukan musik Kalatidha bertujuan untuk menggambarkan secara musikal isi dari Serat Kalatidha. Butir-butir ajaran yang terkandung dalam Serat Kalatidha digunakan sebagai titik pijakan tema cerita atau penggambaran situasional untuk menyusun materi musikal dan garap masing-masing komposisi musik dalam karya Kalatidha.

Namun, kelompok Gamelan Kalatidha yang terdiri dari pengrawit multi instrumen dan pernah menggelar karya dua kali di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta ini. Pada pertunjukan kedua dalam Festival Gugus Bagong 2022 mengemas delapan karya komposisi musik dari berbagai titik pijakan dalam Serat Kalatidha.

Menjadi kesatuan sajian komposisi musik baru yang diberi judul “Empan Papan.” Karya tersebut tidak saja mencoba menyelaraskan komposisi bunyi dari ragam penggalian sumber suara. Tetapi juga merefleksikan masa transisi akibat krisis pandemi Covid-19, mengartikulasikan keseimbangan antara wadak dan inti, material dan spiritual, serta raga dan jiwa.

Baca Juga: Mengenal Penulis Novel ‘Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur’ yang Akan Diangkat ke Layar Lebar

Komposisi “Empan Papan” disajikan oleh empat pengrawit dan satu sinden dengan komponen gamelan gender slendro, gender pelog lima dan nem, rebab, gong, kendang, suling, slompret, kecapi Sunda, marakas, dan perangkat laptop untuk mengambil bunyi digital. Tangkapan visual dari bebunyian logam gamelan dan olahan bunyi digital melalui metode kompositorik, menghasilkan suara bernuansa spiritual dan magis dengan syair-syair doa yang ditembangkan.

Karya kritik dan pesan moral semacam Serat Kalatidha sangat perlu dilihat
dan diteriakkan kembali dengan berbagai media. Salah satunya melalui karya komposisi musik yang diciptakan oleh Wahyu Thoyyib Pambayun ini. Sehingga yang mencipta dan mendengar karya musik yang bersumber dari Serat Kalatidha ini. Sama-sama mendapatkan pencerahan dalam menghadapi gejolak di zaman yang semakin edan ini.***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Jurnal Gelar ISI Surakarta 2019.


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x