Ternyata Keturunan Pemahat Candi Borobudur Masih Ada, Mereka Berkumpul di Dusun Prumpung Magelang

- 5 Maret 2023, 05:50 WIB
Salah satu sanggar tempat pembuatan kerajinan pahat batu yang berada di Dusun Prumpung. Tempat tersebut bernama Sanggar Giri Selo milih salah satu warga setempat bernama Kodi.
Salah satu sanggar tempat pembuatan kerajinan pahat batu yang berada di Dusun Prumpung. Tempat tersebut bernama Sanggar Giri Selo milih salah satu warga setempat bernama Kodi. /desatamanagung.magelangkab.go.id

Selama ribuan tahun pula masyarakat Prumpung mengenal seni pahat batu andesit yang mungkin merupakan satu-satunya di Indonesia. Khususnya dalam penciptaan replika barca, relief, gapura, serta miniatur candi bernuansa Hinduisme dan Buddhisme.

Sejarah mencatat di mana bangunan raksasa ini dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. Dengan perkiraan pembangunan memakan waktu setengah abad atau selesai pada masa pemerintahan putrinya yaitu Ratu Pramudawardhani.

Sulit membayangkan bagaimana bangunan ini tercipta, mengingat teknologi yang ada pada masa itu. Entah berapa banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memindahkan, memotong dan memberikan karakter pada sekitar 1.600.000 blok batu andesit yang menjadi elemen Candi Borobudur. Bisa dibayangkan riuhnya keramaian pada masa itu.

Itulah imajinasi yang ada di benak pikiran masyarakat Prumpung dalam mengagumi mahakarya yang dibangun oleh nenek moyangnya pada masa peradaban Jawa Kuno. Dengan melihat Candi Borobudur yang masih berdiri gagah, kokoh, dan penuh pesona itu. Mereka dengan caranya tersendiri menceritakan sejarah keberadaan dusun yang mereka tempati.

Dalam imajinasi mereka bahwa proses panjang pembangunan Candi Borobudur telah melahirkan suasana semarak di desanya hingga lebih dari seribu tahun yang lalu.

Perilaku simpatik para pekerja pendatang disambut oleh keramahtamahan masyarakat pribumi yang sama-sama bekerja dalam pembangunan candi. Suasana kegotongroyongan tercipta sebagai perwujudan dari interaksi sosial yang sangat dinamis.

Namun, candi peribadatan umat Buddha Mahayana yang dibangun dengan susah payah itu. Ternyata hanya berfungsi hingga awal abad ke-11 Masehi. Hal ini terjadi karena munculnya bencana besar gempa bumi yang melanda Jawa Tengah yang beriringan dengan letusan Gunung Merapi.

Baca Juga: Mengenal Penulis Novel ‘Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur’ yang Akan Diangkat ke Layar Lebar

Prumpung kemudian menjadi senyap dari keramaian para pemahat batu yang pernah mewarnai denyut kehidupan dalam beberapa abad silam.

Kemudian para pemahat batu mulai ramai kembali yang seolah mengingatkan kembali dengan suasana kemrumpyungan yang pernah ada sekian abad lalu pada saat Candi Borobudur sedang dibangun. Malah dusun ini dilengkapi penambahan nama Sidoharjo sehingga menjadi Prumpung Sidoharjo yang berarti keramaian yang membawa kesejahteraan. ***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: desatamanagung.magelangkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x