Tradisi Menginang, Simbol Solidaritas dan Integrasi Sosial Masyarakat Indonesia

- 28 Februari 2023, 19:20 WIB
Penyambutan Sirih Pinang Khas Budaya Masyarakat Sumba
Penyambutan Sirih Pinang Khas Budaya Masyarakat Sumba /FB/@Adam Mone/

PORTAL JOGJA - Tradisi menginang atau makan daun sirih dan buah pinang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Dikenal di semua tingkatan masyarakat dan bahkan ada ungkapan sehubungan dengan tradisi ini, yaitu ‘meminang’, ‘seperti pinang dibelah dua’, dan ‘sekapur sirih’.

Dalam menginang atau menyirih ada tiga bahan utama, yaitu daun sirih yang berfungsi sebagai pembungkus irisan, buah pinang, dan kapur sirih. Bahan tambahan lainnya seperti tembakau atau bumbu-bumbu lainnya yang disesuaikan dengan kebiasaan setempat atau kesukaan masing-masing individu.

Kapur sirih umumnya dibuat dari kapur lalu diberi air hingga menyerupai pasta. Ada juga kulit kerang yang direbus dalam suhu 1000 hingga 1100 celcius yang kemudian ditumbuk sampai halus. Kadang juga diberi sedikit minyak kelapa agar tidak kering.

Baca Juga: 5 Cinderamata Khas Mandalika, Kawasan Eksotis di Lombok

Bagi orang Sumba yang mewakili daerah Indonesia Timur. Sirih pinang menjadi alat pergaulan yang utama. Di Sumba Timur misalnya, jika bertemu atau menghadiri hajatan, semua tamu dengan latar belakang apa pun—jabatan pegawai tinggi, rendah, orang asing, atau bukan—akan disuguhi sirih pinang.

Begitu pun dalam upacara penguburan, arwah dihormati dengan diberikan sesajen dalam wujud sirih pinang yang diletakkan dalam wadah pekinangan berupa anyaman khas Sumba.

Sirih pinang yang disajikan dalam makan sirih pada masyarakat Sumba terdiri dari buah sirih, kapur, dan pinang. Awalnya pinang yang sudah dikeringkan (winnu) dimakan dulu, disusul buah sirih (kutta) lalu kapur. Wadah sirih yang digunakan untuk menyimpan winnu, kutta dan kapur disebut tanga wahili.

Seperti halnya di Sumba, sirih pinang juga merupakan pintu masuk dalam pergaulan dan membaur untuk dapat diterima oleh masyarakat Nias sebagai sarana berkomunikasi. Tidak heran jika sirih pinang bagi orang Nias selalu pertama kali yang disodorkan ketika berkunjung ke tetangga, bertemu warga di warung, maupun dalam pesta-pesta adat dan keagamaan.

Adat istiadat menghidangkan sirih sebagai penghormatan kepada tamu dapat diartikan sebagai simbol persahabatan dan keramahan. Biasanya tamu yang datang dijamu dengan sirih sebelum dijamu makan. Karena itulah peranan sirih dalam masyarakat dapat berfungsi sosial.

Bahan dasar menyirih di daerah Nias, antara lain daun sirih, buah pinang, gambir dan kapur, dan kadang diberi sedikit tembakau. Seseorang yang akan bepergian keluar rumah sering membawa sirih pinang yang sudah disiapkan dalam wadah yang disebut naha nafo (kempit sirih).

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: museumnasional.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x