BMKG Kerjasama dengan Media Untuk Bangun Sistem Peringatan Dini Bencana

- 12 Oktober 2023, 07:31 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam FGD Lemhanas dan RRI di Jakarta.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam FGD Lemhanas dan RRI di Jakarta. /Humas/BMKG

PORTAL JOGJA - Indonesia saat ini sedang membangun sistem peringatan dini yang menyeluruh sebagai antisipasi ancaman bencana alam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)segera membangun dan menguatkan kerjasama dengan media. Langkah ini untuk percepatan penyebaran informasi peringatan dini kepada masyarakat, terutama di daerah terdepan,terpencil, dan tertinggal (daerah 3T).

Selain dengan RRI, BMKG juga membangun kerjasama dengan radio-radio lokal dan juga radio komunitas di daerah-daerah. BMKG juga telah bekerjasama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) di beberapa daerah. Penyebarluasan info ini juga sudah digencarkan dengan aplikasi Info BMKG di telepon genggam dan melalui jaringan televisi.

"Kami menggunakan semua kanal untuk mendiseminasikan informasi peringatan dini, tidak cuma terfokus pada satu jenis media. Dengan begitu, gap antara yang menerima dan tidak menerima informasi dapat semakin kecil sehingga risiko bencana dapat semakin ditekan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada acara FGD Lemhanas - RRI di Jakarta, seperti dikutip dari rilis BMKG.

Baca Juga: Kaesang Jawab Kabar Partai Warna Merah dan Putih Akan Gabung KIM

Dwikorita menyebut sesuai dengan perundangan yang berlaku bahwa dalam rantai Peringatan Dini secara menyeluruh dari ujung ke ujung (end to end), maka informasi dan peringatan dini dari BMKG akan berhenti di Tingkat Propinsi atau Kabupaten, yaitu di Badan Penanggulangan Bencana di Daerah (BPBD). BPBD ini bertanggungjawab untuk meneruskan ke warga masyarakatnya, terutama yang berada di lokasi terdampak. Di sinilah letak permasalahannya

"Yang menjadi persoalan adalah informasi tersebut dapat terputus dan tidak berhasil tersambung untuk diteruskan kepada masyarakat oleh BPBD (Pemerintah Daerah), khususnya yang berada di daerah terpencil," ucap Dwikorita.

Dwikorita memberikan ilustrasi pada kasus gempabumi dan tsunami, golden time atau rentang waktu singkat antara peringatan dini dan saat bencana tiba sangatlah sempit. Apabila  informasi peringatan dini tersebut semakin cepatsampai, maka kesempatan untuk menyelematkan diri pun semakin besar.Ini dapat meminimalisir risiko korban jiwa. Mantan Rektor UGM juga mencontohkan saat tsunami Jepang 2011.

"Saat tsunami Jepang 2011 lalu, selain TV NHK, ada 122 stasiun TV, 24 radio AM, dan 25 radio FM yang ikut menyebar luaskan peringatan dini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya informasi peringatan dini bisa segera sampai kepada masyarakat," ucapnya.

Baca Juga: DIY Peringkat Tiga Provinsi Rawan Politisasi SARA dalam Pemilu

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x