Dawet Camcau Minuman Segar Legendaris Khas Yogyakarta

- 8 Oktober 2023, 19:32 WIB
Dawet camcau sebagai warisan budaya tak benda Indonesia
Dawet camcau sebagai warisan budaya tak benda Indonesia /istimewa /warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

Baca Juga: Serunya Touring Menggunakan Motor: Persiapan yang Harus Dilakukan

Padatan yang lain bernama cendol berasal dari tepung, seperti tepung beras, tepung tapioka, dan tepung garut. Namun di Kabupaten Gunung Kidul dijumpai pula cendol yang terbuat dari tepung ganyong. Guna menambah daya tarik dawet ini , maka cendol diberi pewarna alami daun suji untuk warna hijau, atau dengan pewarna makanan untuk warna merah. Jadilah kombinasi cendol warna-warni dan camcau dengan santan dan sirup gula merah yang menarik lagi menyegarkan.

Dawet dalam tradisi masyarakat Jawa

Sekitar tahun 1950 sampai 1970-an, dawet banyak dijual oleh para perempuan yang menggendong bakul kecil dengan sebuah kuali yang terbuat dari tanah liat. Tidak hanya kaum wanita, para pria pun juga berjualan dawet dengan pikulan. Bentuk pikulan itu terbuat dari belahan bambu yang kuat dan panjang. Pada masing-masing ujung pikulan dikaitkan tali untuk mengangkut kuali besar yang diletakkan pada anyaman bambu. Kuali dari tanah liat ini berfungsi untuk menyegarkan dawet. Seperti halnya bila kita minum air dari kendi tanah liat, pasti akan terasa kesegarannya.

Dalam siklus kehidupan manusia versi Jawa khususnya Yogyakarta, dawet digunakan sebagai bagian dari hidangan upacara adat. Misalnya:

  • Dawet camcau dalam upacara brokohan atau kelahiran. Ini menjadi simbol kelincahan sang bayi dalam menyesuaikan diri dengan kondisi baru alam sekitarnya.
  • Prosesi dodol dawet yang dilakukan oleh orangtua calon pengantin wanita dalam rangkaian upacara pernikahan.
  • Dawet plencing yang dihidangkan pada usia kehamilan lebih dari 9 bulan namun si ibu belum merasakan tanda-tanda kelahiran. Sebelumnya ada pula upacara mitoni atau peringatan tujuh bulan kehamilan

Selain ritual terkait daur hidup, dawet camcau juga dihidangkan pada selikuran atau tanggal 21 Ramadhan. Juga menjadi hidangan suguhan tamu dalam bermacam hajatan, misalnya menjadi hidangan gubuk pada pesta pernikahan. Dengan tambahan es batu, sensasinya yang segar ini pastilah dinikmati oleh para tamu.

Baca Juga: Sinopsis Film 'Underworld Evolution' Saksikan Aksi Kate Beckinsale Malam Ini di Bioskop Trans TV

Pada tahun 2018, dawet camcau khas Yogyakarta ini juga dijadikan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Dengan nomor registrasi 2018008682, dawet camcau ini dimasukkan pada domain kemadiran dan kerajinan tradisional dari Provinsi DIY***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x