Dawet Camcau Minuman Segar Legendaris Khas Yogyakarta

- 8 Oktober 2023, 19:32 WIB
Dawet camcau sebagai warisan budaya tak benda Indonesia
Dawet camcau sebagai warisan budaya tak benda Indonesia /istimewa /warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

PORTAL JOGJA - Saat siang yang panas, paling enak bila menikmati minuman dingin. Rasa dingin yang masuk di kerongkongan, akan menjadi pelepas dahaga. Banyak varian minuman segar, baik minuman dingin instan atau minuman dingin tradisional yang bisa kita temui di sekitar kita. Salah satunya adalah dawet camcau yang legendaris itu.

Kisah Legendaris Dawet

Mengapa disebut es dawet disebut legendaris? Ini karena minuman tradisional Indonesia sudah berkembang sejak zaman kerajaan nenek moyang dahulu. Dikutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, diketahui bahwa berkembang berbagai macam cerita tentang minuman dawet di Jawa.

Kisah tentang minuman dawet di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Pati, dapat ditelusur pada masa Majapahit. Saat itu, terdapat tiga kerajaan yang berkuasa, yaitu Carangsoka, Paranggaruda, dan Majasem. Alkisah, Raden Kembangjaya sedang melakukan pembangunan pusat pengawasan di daerah batas antara Carangsoka dengan Paranggaruda. Raden Kembangjaya tentu memerlukan lebih banyak pasukan.

Kala itu di daerah tersebut, ada seorang penjual minuman dawet yang sedang menghidangkan minuman bagi para pekerja. Nama penjual minuman itu Ki Sagola. Rasa dan kesegaran minuman dawet ini membuat Raden Kembangjaya tertarik. Lalu Ki Sagola menjelaskan bahwa yang membuat minuman dawet terasa segar adalah santan. Akhirnya karena kejadian itu, Raden Kembangjaya memberi nama tempat tersebut sebagai Kadipaten Pesantenan.

Baca Juga: Ikhtiar Shalat Minta Hujan, BMKG Prediksi Kemarau Berakhir di Akhir Oktober

Ada pula kisah berkembang riwayat dawet Jabung, di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur . Adalah Warog Suromenggolo, yang mendapatkan kesaktian dan mampu berperang kembali melawan Raja Majapahit. Setelah itu, Warog Suromenggolo mengucapkan kata-kata bertuah bahwa masyarakat desa Jabung yang mempunyai mata pencaharian berjualan dawet akan menjadi sejahtera di kemudian hari.

Dawet camcau khas Yogyakarta

Dawet camcau yang berkembang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ini, memang mempunyai ciri khas yang membedakan dengan daerah lainnya. Dawet camcau ini terdiri dari cairan dan padatan. Cairannya terdiri dari santan yang berasal dari ekstrak daging buah kelapa yang diparut dan cairan kedua berupa sirup yang terbuat dari gula kelapa atau gula aren. Sedangkan padatannya berupa camcau dan cendol.

Camcau berasal dari ekstrak daun Cyclea barbata. Cara membuat camcau ini termasuk mudah dan sederhana. Setelah daun Cyclea barbata dicuci bersih, kemudian remas daun tersebut. Peras daun itu, lalu tambahkan air matang sedikit demi sedikit. Diamkan perasaan daun itu sampai teksturnya kenyal seperti puding atau jelly.

Camcau ini baik untuk menjaga kesehatan karena mengandung pektin. Pektin merupakan serat pangan yang mudah difermentasi oleh mikroflora dalam usus sehingga camcau baik bagi kesehatan dan mempunyai kegunaan sebagai anti diare.

Baca Juga: Serunya Touring Menggunakan Motor: Persiapan yang Harus Dilakukan

Padatan yang lain bernama cendol berasal dari tepung, seperti tepung beras, tepung tapioka, dan tepung garut. Namun di Kabupaten Gunung Kidul dijumpai pula cendol yang terbuat dari tepung ganyong. Guna menambah daya tarik dawet ini , maka cendol diberi pewarna alami daun suji untuk warna hijau, atau dengan pewarna makanan untuk warna merah. Jadilah kombinasi cendol warna-warni dan camcau dengan santan dan sirup gula merah yang menarik lagi menyegarkan.

Dawet dalam tradisi masyarakat Jawa

Sekitar tahun 1950 sampai 1970-an, dawet banyak dijual oleh para perempuan yang menggendong bakul kecil dengan sebuah kuali yang terbuat dari tanah liat. Tidak hanya kaum wanita, para pria pun juga berjualan dawet dengan pikulan. Bentuk pikulan itu terbuat dari belahan bambu yang kuat dan panjang. Pada masing-masing ujung pikulan dikaitkan tali untuk mengangkut kuali besar yang diletakkan pada anyaman bambu. Kuali dari tanah liat ini berfungsi untuk menyegarkan dawet. Seperti halnya bila kita minum air dari kendi tanah liat, pasti akan terasa kesegarannya.

Dalam siklus kehidupan manusia versi Jawa khususnya Yogyakarta, dawet digunakan sebagai bagian dari hidangan upacara adat. Misalnya:

  • Dawet camcau dalam upacara brokohan atau kelahiran. Ini menjadi simbol kelincahan sang bayi dalam menyesuaikan diri dengan kondisi baru alam sekitarnya.
  • Prosesi dodol dawet yang dilakukan oleh orangtua calon pengantin wanita dalam rangkaian upacara pernikahan.
  • Dawet plencing yang dihidangkan pada usia kehamilan lebih dari 9 bulan namun si ibu belum merasakan tanda-tanda kelahiran. Sebelumnya ada pula upacara mitoni atau peringatan tujuh bulan kehamilan

Selain ritual terkait daur hidup, dawet camcau juga dihidangkan pada selikuran atau tanggal 21 Ramadhan. Juga menjadi hidangan suguhan tamu dalam bermacam hajatan, misalnya menjadi hidangan gubuk pada pesta pernikahan. Dengan tambahan es batu, sensasinya yang segar ini pastilah dinikmati oleh para tamu.

Baca Juga: Sinopsis Film 'Underworld Evolution' Saksikan Aksi Kate Beckinsale Malam Ini di Bioskop Trans TV

Pada tahun 2018, dawet camcau khas Yogyakarta ini juga dijadikan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Dengan nomor registrasi 2018008682, dawet camcau ini dimasukkan pada domain kemadiran dan kerajinan tradisional dari Provinsi DIY***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x