Jalak Suren, Burung Ocehan yang Mudah Diternak

- 9 Juli 2020, 07:38 WIB
Jalak Suren atau Jalak Uren
Jalak Suren atau Jalak Uren /Bagus Kurniawan

PORTAL JOGJA - Jalak Suren atau Jalak Uren mempunyai nama latin Sturnus contra masuk dalam famili Sturnidae. Burung ini sangat familiar di Indoesia.

Habitat asli Jalak Suren di daerah dataran rendah maupun di wilayah dekat perairan, persawahan maupun hutan sekunder dengan pohon-pohon besar.

Ciri fisik burung ini buku berwarna putih dan hitam, badan berukuran sekitar 22-24 cm,. Sayap gerrais hitam dengan warna kulit jingga di sekitar mata. Burung ini termasuk burung ocehan yang rajin berkicau.

Baca Juga: Jelang Normal Baru, Istri Minta Cerai di Kulon Progo Meningkat

Saat ini burung jalak mulai banyak ditangkarkan di wilayah Jogjakarta dan sekitar. Para breeder banyah yang menangkarkan karena mudah beranak pinak. Perawatannya juga mudah dibandingkan burung ocehan lainnya.

Karena habitat berkurang, saat ini jarang ditemukan jalak suren. Orang mulai banyak yang membudidayakan.

Bagi kicau mania atau pemula bila ingin membudidayakan jalak suren ada beberapa hal yang harus dilakukan dan diperhatikan.

Baca Juga: Lima Tahap yang Bikin Sukses Bisnis Online Lewat Media Sosial

Pertama saat memilih calon indukan. Pilihlah indukan dengan usia yang paling produktif sekitar 1-2 tahun. Pilihlah calon indukan yang sehat dan jinak.

Kedua kandang agak luas agar proses perjodohan berjalan dengan baik. Kadang kira-kira berukran panjang 1 meter, lebar 80 cm dan tinggi 1,75 meter.

Namun sebelum dijadikan satu, hendaknya calon indukan ditempat kandang terpisah namun berdekatan sehingga proses adaptasi dan perkenalan berjalan lancar. Bila langsung dimasukkan dalam satu kandang bisa terjadi perkelahian sehingga tidak terjadi perjodohan.

Baca Juga: 1500 Tenaga Kesehatan di Kulon Progo Jalani Swab Tes Massal

"Posisi pakan saling berdekatan dan berhadapan untuk mempermudah perjodohan," ungkap Riyadi, salah satu peternak jalan suren di Sleman.

Selanjutnya kata Riyadi, posisi kayu tempat bertengger jdiusahakan sebaris. Tanda kalau keduanya berjodoh, tiap hari akan bersahut-sahutan saat berkicau. Meski untuk betina kicauannya tak sekeras dan serajin yang jantan.

"Seyelah itu kalau tidur bisa berdekatan dipinggir sangkar atau kandang. Bia sudah seperti itu kemudian bisa dijadikan satu," terangnya.

Baca Juga: BERITA BAIK: 30.000 Lebih Pasien Covid-19 Indonesia Sembuh

Menurutnya untuk pakan harian enggunakan voer, ditambah pepaya atau pisang. Sedangkan untuk pakan tambahan lainnya seperti jangkrik dan ulat Hongkong tidak perlu setiap hari.

Bila perkawinan berhasil dalam waktu tidak lama burung akan bertelur. Bila sudah ada tanda-tanda mau bertelur hendaknya tempat kecil yang akan digunakan sebagaisarang untuk bertelur. (****)

 

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x