Network
PORTAL JOGJA - Sekitar tahun 1970-1980-an Jogjakarta dikenal sebagai kota sepeda. Namun kini sebutan Kota Sepeda sudah hilang karena tergerus laju perkembangan transportasi sepeda motor.
Sejarah sepeda onthel di Jogjakarta terutama sepeda bekas yang masih bisa terlacak dari nara sumber-sumber lisan adalah pasar sepeda di Pakualaman, Pasar Sepeda GAPPSTA Pugeran, Pasar Tunjung Pakel.
Sedangkan toko sepeda yang pertama kali muncul sebagian besar di kawasan Malioboro hingga Jl Ahmad Yani dekat Pasar Beringharjo. Kemudian Jl Ngabean atau KH Ahmad Dahlan, Jl Kintelan atau Brigjen Katamso dan Tamansari. Toko sepeda yang di Malioboro yang sekarang masih ada adalah Alam Baru.
Baca Juga: Daftar Harga Burung Berkicau Mulai Rp 100 Ribuan
Beberapa toko sudah tutup dan berganti jualan lain seperti barang elektronik dan suvenir dan batik. Di dekat Pasar Beringharjo hingga tahun 1990-an ada yang berjualan sepeda motor asal Italia. Namun sekarang juga sudah tutup.
Pasar sepeda Pakualaman dulunya hampir setiap hari ramai pedagang dan pembeli. Pasar sepeda ini sekitar tahun 1980 kemudian dipindah ke Pasar Terban.
Pasar sepeda di Terban juga hanya bertahan hingga awal tahun 1990-an. Kini sudah tak ada lagi. Kemudian ada lagi pasar sepeda GAPPSTA di Pugeran Jl MT Haryomo. Ketiga di Pasar Tunjung, Pakel Jl Menteri Supeno, Umbulharjo.
Baca Juga: Pengin Pelihara Burung, Ini Tips Cara Merawatnya
Baik Pasar sepeda GAPPSTA dan Pasar Tunjung sampai saat ini masih ada, hanya saja sudah tidak seramai dulu. Pasar sepeda ini hanya akan ramai saat tahun-tahun ajaran baru. Para pedagang pun juga sudah berkurang dan sebagian sudah berusia lanjut.
Ada lagi pasar sepeda bekas di kios Brantan, di Jalan Wahid Hasyim, Ngampilan atau dekat Stasiun Ngabean. Kios Pasar Brantan ini selain berjualan sepeda bekas juga menjual berbagai onderdil sepeda, bengkel sepeda, becak, bengkel las dan lain-lain.
