39 Tahun Donor Darah, Tangan Kanan Penuh Bekas Suntikan Jarum

9 Juli 2020, 08:48 WIB
Jarwo Santoso. /(istimewa)

PORTAL JOGJA - Sudah pernah membaca slogan PMI yang berbunyi; setetes darah anda, nyawa bagi sesama ?

Menjadi berguna bagi sesama merupakan keinginan semua orang. Apalagi jika sampai bisa menyelamatkan nyawa orang lain.

Slogan itu pula yang terpatri dalam hati seorang Jarwo Santosa, 57 tahun, warga Trimulyo Jetis Bantul. Ia sudah 39 tahun menjadi donor darah. Umur baginya tak menjadi penghalang untuk mendonorkan darah.

Hobi donor darah berawal saat Jarwo menjadi pecinta alam di STM. Waktu itu,  usianya 17 tahun. Ia berpikir tentang pentingnya melakukan aksi yang bisa berguna untuk orang lain.

Baca Juga: Jalak Suren, Burung Ocehan yang Mudah Diternak

Hatinya tergerak  mendonorkan darahnya. Sajak saat itu namanya tercatat sebagai pendonor darah di PMI Kota Yogyakarta.

“Motivasinya saat itu ya ingin menolong orang lain, ingin bisa membawa manfaat  untuk orang lain,” katanya.

Bahkan, ia juga mendaftarkan diri siap menjadi donor mata di RSUP Sardjito.

Kebiasaan donor darah membuat Jarwo menerima beberapa kali penghargaan. Terakhir, saat mendonorkan darah yang ke-100, ia menerima Tanda Kehormatan Satyalancara Kebaktian Sosial dari presiden.

Baca Juga: Jelang Normal Baru, Istri Minta Cerai di Kulon Progo Meningkat

Kata Jarwo, tak ada yang perlu dikhawatirkan jika ingin mendonorkan darah. Bahkan, Jarwo mengaku justru tidak gampang sakit-sakitan.

“Kalau ada yang tanya kunci sehat pada saya, pasti saya jawab donor darah,” terang lelaki yang hobi mendaki gunung ini.

Hanya saja, Jarwo sempat merasakan pengalaman pahit. Saat anaknya berusia 5 tahun membutuhkan darah, ia justru tidak bisa memberikan darah untuk anaknya sendiri.

“Waktu itu saya baru saja donor, jadi belum bisa diambil lagi,” kenang Jarwo.

Baca Juga: 1500 Tenaga Kesehatan di Kulon Progo Jalani Swab Tes Massal

Kini di usianya tak lagi muda, Jarwo berharap banyak anak muda terpanggil  mendonorkan darah. Salah satu manfaat mendonorkan darah adalah menghindarkan perilaku  berisiko. Misalnya menggunakan narkotika.

“Kan jadi mikir kalau mau melakukan hal-hal yang nggak bener. Harus memperhitungkan risikonya, berpengaruh tidak ke darah,” kata Jarwo.

Saking seringnya donor darah, tangan kanan Jarwo penuh dengan coblosan. Sehingga sekarang pengambilan darah dilakukan melalui tangan kiri. Ia bertekad akan terus menjaga komitmen menjadi pendonor darah hingga batas kemampuan. (*)

Editor: Azam Sauki Adham

Tags

Terkini

Terpopuler