Kampung Pasar Kliwon: Dari Bandar Semanggi Menjadi Kampung Arab Terpadat di Kota Solo

- 3 April 2023, 09:41 WIB
Taman Bandar Semanggi dengan bangunan berbentuk kapal didirikan sebagai pengingat sejarah bahwa wilayah Semanggi Solo yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo pernah ada pelabuhan atau bandar.
Taman Bandar Semanggi dengan bangunan berbentuk kapal didirikan sebagai pengingat sejarah bahwa wilayah Semanggi Solo yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo pernah ada pelabuhan atau bandar. /FB Kota Solo /

Wilayah ini juga terdapat sebuah sumber mata air yang dinamakan Kedhung Pengantin. Sumber mata air ini mempunyai fungsi yang sangat penting bagi penduduk setempat, sebagai salah satu syarat kelengkapan ritual upacara pernikahan.

Selain menjadi nama kelurahan, Pasar Kliwon juga menjadi nama Kecamatan dengan wilayah meliputi, Kelurahan Batangan, Pasar Kliwon, Kedunglumbu, Semanggi, Gajahan, Kauman, Joyosuran, Sangkrah, Lojiwetan dan Gading.

Berdasarkan Surat Keputusan Pepatih Dalem Keraton Kasunanan Surakarta, tertanggal 18 September 1939, No 18/5C/5/I. Kelurahan Gading dimasukkan ke dalam wilayah Kelurahan Semanggi, sehingga tinggal sembilan kelurahan. Lojiwurung termasuk dalam Kelurahan Sangkrah. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Lojiwurung kemudian oleh Pemkot Surakarta diganti namanya menjadi Kampung Baru.

Kampung Semanggi inilah yang paling ramai penduduk keturunan Arab di Kecamatan Pasar Kliwon. Banyak ditemui masjid dan majelis pengajian. Semanggi bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, ditandai dengan adanya Sungai Bengawan Solo.

Nama Semanggi didapat dari tanaman Semanggi (Marsilea drummondii), karena dulu banyak terdapat tanaman ini di Semanggi bagian Timur atau yang berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo.

Baca Juga: Duta Genre Tingkat Kelurahan Dikukuhkan, Kampanyekan Kesehatan Reproduksi dan Cegah Pernikahan Dini

Asal muasal nama Kampung Semanggi, diambil dari nama tumbuhan air, yaitu Semanggi (hydrocotyle sibthorpioides lam). Bisa dinamakan demikian karena dari sejarahnya, kelurahan yang ada di daerah pinggiran Sungai Bengawan Solo ini, merupakan rawa-rawa di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang banyak ditumbuhi tanaman semanggi, sebelum nama Bengawan Solo ada, maka nama Bengawan Semanggi inilah yang banyak ditulis di naskah-naskah kuno.

Nama Semanggi ini juga merupakan nama lain untuk bandar pada masa Mataram Kuno yang disebut Waluyu. Dalam Prasasti Canggu disebutkan bahwa di Bengawan Semanggi terdapat 44 desa penambangan atau bandar. Dalam naskah Sunda Bujangga Manik disebutkan sebagai Ci Waluyu. Sejak abad 18 merupakan bandar besar di hulu Sungai Bengawan Semanggi.

Para Bupati Madura ketika berkunjung ke Kasunanan Kartasura (1680-1742) juga berlabuh di Bandar Semanggi. Begitu juga para prajurit dari Madura mendirikan barak-barak di tepian bandar, yang kemudian dinamakan Kampung Sampangan yang sekarang berada di sebelah Utara Kampung Semanggi.

Ketika akan terjadi perpindahan Keraton Kasunanan Kartasura ke Desa Sala, yang kemudian diubah namanya menjadi Kasunanan Surakarta. Penduduk desa tersebut banyak yang direlokasikan di kawasan Semanggi dan Baturana.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: surakarta.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x