Mengintip Tumurun Private Museum Milik Keluarga Sritex Sukoharjo

- 18 Maret 2023, 05:57 WIB
 Ruang lantai pertama di dalam Museum Tumurun Solo.
Ruang lantai pertama di dalam Museum Tumurun Solo. /Foto: en.surakarta.go.id/

PORTAL JOGJA - Tumurun Private Museum yang merupakan salah satu museum di Kota Solo ini, kerap dikunjungi artis-artis ibukota, pejabat negara, dan tamu luar negeri.

Museum ini menghadirkan karya-karya indah dan sangat eksotis dan instagramable untuk dijadikan objek foto.

Tumurun Private Museum merupakan museum pribadi milik keluarga Haji Muhammad Lukminto, seorang pengusaha tekstil dan pendiri PT Sri Rejeki Isman (Sritex) yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Museum ini dibangun oleh anak-anak dari mendiang HM. Lukminto dengan tujuan untuk memamerkan koleksi karya seni milik keluarga besar.

Baca Juga: Menteri Siti Nurbaya Resmikan Pusat Ilmu Kebumian UGM

Terdapat sekitar 120 koleksi karya seni di dalamnya. HM. Lukminto dan keluarganya disebut memiliki hobi mengoleksi barang seni. Koleksi barang seni tersebut bertujuan untuk diwariskan secara turun-temurun sehingga dinamakan Museum Tumurun.

Sesuai dengan nama Tumurun yang berasal dari kata turun-temurun yang berarti mewariskan dari generasi satu ke generasi lainnya. Anak-anak HM. Lukminto yang dipimpin Iwan Kurniawan Lukminto, mendirikan museum ini sebagai bentuk penghormatan kepada sang ayah yang juga seorang kolektor dan penikmat karya seni, sekaligus sebagai penghargaan untuk seniman Indonesia.

Berikut serba-serbi yang terdapat di dalam Tumurun Private Museum yang didirikan sejak 2018:

Tumurun Private Museum terdiri dari 2 lantai dan masing-masing lantai menyimpan koleksi karya seni yang indah dan menakjubkan.

Museum pribadi ini tercatat memiliki sebanyak 150 karya seni, mulai dari lukisan, instalasi seni, dan mobil antik.

Di lantai pertama, pengunjung langsung disambut dengan beragam koleksi mobil antik. Mobil antik ini berupa Dodge 1948 hingga Mercedez-Bens 1972. Semua mobil di sini tampak terawat dan bersih layaknya mobil baru.

Di area ini, pengunjung diperbolehkan untuk berfoto di dekatnya, namun tidak diizinkan untuk memegang, apalagi menaikinya. Mengingat ini merupakan barang pribadi.

Selain itu, pengunjung bisa menikmati karya seniman kontemporer seperti Tisna Sanjaya, Eddy Susanto, Hery Dono, dan Rudi Mantofani.

Sementara di lantai 2 terdapat karya old master seperti Affandi, Ahmad Sadali, Antonio Blanco, Hendra Gunawan, S. Sudjojono, Johan Rudolf Bonnet, Walter Spies, Basoeki Abdullah, dan Raden Saleh.

Di setiap masing-masing koleksi, disediakan barcode untuk dipindai dan berisikan informasi lengkap dan menarik bagi pengunjung agar lebih mengenal karya seninya.

Selama berada di museum ini, pengunjung akan ditemani dengan pemandu guna menjelaskan karya-karya yang tersimpan di Tumurun Private Museum.

Koleksi museum yang unik ini banyak dilirik orang-orang ternama. Beberapa yang terlihat pernah mengunjungi museum ini. Sebut saja aktor Nicholas Saputra, VJ Daniel, desainer Deden Siswanto, aktris Natasha Wilona, hingga aktor teater Butet Kartaredjasa.

Tumurun Private Museum terdapat koleksi ikonik yang menjadi daya tarik bagi pengunjung. Salah satunya adalah Changin Perspective atau patung mata biru raksasa yang merupakan karya Wedhar Riyadi dan pernah menjadi ikon Artjog 2017.

Patung tersebut berbentuk bola mata yang cukup besar dan mengambang. Memiliki makna mendalam berupa privasi di zaman media sosial saat ini. Dari patung mata biru ini, Wedhar Riyadi menyampaikan bagi seluruh orang yang memiliki media sosial, bahwa mereka tidak lagi memiliki ruang privasi karena kehadiran media sosial. Itulah mengapa patung ini berbentuk mata-mata yang sangat banyak.

Selain itu, terdapat patung yang juga berbentuk mata namun berwarna merah. Patung mata merah ini menyiratkan makna bahwa teknologi diibaratkan sebagai mata yang terus mengawasi gerak-gerik manusia.

Lokasi museum ini berada di tengah kota, tepatnya berada di Jalan Kebangkitan Nasional No. 2, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Jam operasionalnya dibuka mulai pukul 13.00 - 15.00 WIB setiap hari Selasa sampai Minggu. Sehingga dihimbau jangan berkunjung di luar jadwal tersebut.

Siapa saja boleh mengunjungi Tumurun Private Museum ini dan tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis.

Baca Juga: Mengenang Mbah Maridjan Juru Kunci Gunung Merapi yang Digaji Rp5.600 Sebagai Abdi Dalem

Namun, mengingat ini merupakan museum pribadi, cara pemesanan tiketnya pun berbeda seperti museum pada umumnya. Calon pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dahulu melalui website resminya.

Selain registrasi online, kunjungan ke museum ini juga dibatasi hari dan kloter per harinya, dengan durasi kunjungan maksimal 1 jam. Dalam 1 hari biasanya Tumurun Private Museum dibagi menjadi 3 kloter. Masing-masing kloter juga dibatasi oleh waktu yang sama.***

 

Editor: Chandra Adi N

Sumber: tumurunmuseum.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x