Dilansir dari laman unair.ac.id Gayatri lebih memilih untuk tidak menjadi raja Majapahit saat Jayanegara wafat, maka akhirnya angkat putrinya, Tribhuwana Tunggadewi, untuk menjadi raja.
Langkah tidak ini dilakukan dengan alasan tidak ingin terjadi sengketa internal di masa lalu berlanjut, mengingat ia adalah putri raja Singhasari. Alasan lainnya adalah karena Gayatri telah memasuki masa bhiksuka.
Menurut Earl Drake penulis buku,"Gayatri Rajapatni; Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit” Putri yang digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau Dewi Kebijaksanaan Tertinggi ini berhasil melahirkan pemimpin, bukan saja yang lahir dari rahimnya.
Dari sinilah kemudian muncul tokoh perempuan di balik kejayaan Majapahit yaitu Gayatri Rajapatni. Bukan hanya berperan melahirkan pemimpin di balik nama besar Raden Wijaya, Patih Gajahmada.
Namun berkontribusi melahirkan pemimpin Majapahit Ratu Tribuana Tunggadewi, putri sulungnya, tetapi juga cucunya bernama Raja Hayam Wuruk
“Earl Drake mampu mengubah (his) story menjadi (her) story saat menceritakan sejarah Majapahit. Ia mencoba menyingkap sebuah kisah besar yang tidak banyak diketahui orang di balik kejayaan sebuah kerajaan besar di Jawa Timur, Majapahit. Dan ia memulainya dari sosok Gayatri Rajapatni untuk mengetahui lebih jauh kehadiran dan kontribusi perempuan dalam sejarah,” kata Moordiati, dosen Departemen Ilmu Sejarah dalam Diskusi Buku “Gayatri Rajapatni; Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit” sebagaiamana dilansir unajadiir.ac.id
Pada perkembangan selanjut Gayatri tidak mau lagi terjun ke dunia politik hingga akhirnya memilih menjadi Ibu Suri dan tokoh dibalik layar. Kemudian dalam menjalankan ide maupun gagasan-gagasannya dengan menunjuk orang-orang yang tepat.
Salah satu gagasannya menunjuk Gajah Mada dari seorang biasa menjadi mahapatih kerajaan Majapahit. Gayatri dikenal perempuan bijaksana tidak menurui egonya sebagai pemimpin. Ia juga memikirkan masa depan memilih pemimpin masa depan.