Sejarah dan Asal-usul Negara Bahrain hingga Normalisasi Arab dan Israel

- 9 Juli 2021, 04:51 WIB
Bahrain. Sejarah dan Asal-usul Negara Bahrain hingga Normalisasi  Arab
Bahrain. Sejarah dan Asal-usul Negara Bahrain hingga Normalisasi Arab /Instagram@bahrain

PORTAL JOGJA - Mamlakat Al- Ba-rayn atau Bahrain, sebuah negara Arab kecil berbentuk monarki yang berada di kawasan Teluk Arab, tepatnya Teluk Persia.

Bahrain disebut dalam kelompok kepulauan antara Semenanjung Qatar, dan sebelah timur laut pesisir Arab Saudi, yang berpusat di pulau Bahrain. Luas wilayah negara Bahrain 780 kilometer yang dikenal negara terkecil ketiga di Asia setelah Maladewa, dan Singapura.

Bahrain yang ibukotanya Manama ini pernah dikuasai Portugis tahun 1521, kemudian direbut kembali tahun 1602 oleh Syah Abbas1 dari Kekaisaran Persia. Bahrain mendeklarasikan kemerdekaan tahun 1971, dan tahun 2002 berubah menjadi negara kerajaan.

Baca Juga: Sejarah Transformasi Arab Saudi Menuju Modernisasi

Perjalanan sejarah Bahrain yang panjang mewarnai terbentuknya negara ini, hingga akhirnya Bahrain jatuh ke tangan Nadir Shah dengan alasan politik mendukung mayoritas Syiah.

Keluarga Al-Khalifah mengambil alih pulau ini menggandeng Britania Raya agar tidak jatuh ke tangan Persia, sampai akhirnya Bahrain menjadi anggota Liga Arab, hingga hari ini.

Bahrain negara kecil di kawasan Teluk Arab dikenal memiliki pendapatan ekonomi tinggi, perekonomian stabil, yang disebut sebagai: salah satu negara paling makmur di dunia.

Bahrain, kemudian mulai diperbincangkan masyarakat dunia akhir-akhir ini setelah berhasil melakukan perjanjian normalisasi Arab dengan Israel tahun 2020.

Baca Juga: Ramalan Shio Kelinci, Shio Naga, dan Shio Ular 9 Juli 2021: Dia Akan Jatuh Cinta Pada Anda

Diketahui, Bahrain tidak pernah terlibat perang dengan Israel, tetapi tiba-tiba muncul dalam kancah politik di Timur Tengah pada tahun 2020, yang mengadakan kesepakatan, kerjasama bersama Israel.

Ada apa di balik kesepatan normalisasi Bahrain-Israel? Tidak jelas maksud, dan tujuan perjanjian normalisasi Bahrain-Israel digelar .

Normalisasi Arab antara Bahrain-Israel telah terjadi secara damai tanggal 15 September 2020 lalu. Hal ini dianggap.oleh Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi langkah maju perdamaian di wilayah tersebut.

Selain itu, membangun stabilitas dan penyelesaian yang adil untuk perjuangan Palestina. Bahrain disebut sebagai negara kedua di kawasan teluk Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel setelah Uni Emirat Arab(EUA)

Pasca Normalisasi Bahrain-Israel

Pasca perjanjian normalisasi Bahrain-Israel muncul pro dan kontra di kalangan pemimpin negara-negara Arab. Namun, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al-Khalifa menyebut langkah Bahrain membangun hubungan dengan Israel tidak diarahkan melawan identitas atau kekuatan lain, melainkan untuk perdamaian.

Berdamai dengan Israel menjadi pilihan Bahrain menyikapi keadaan di kawasan Timur Tengah, meski pilihan ini sulit dipandang menghianati, melukai perjuangan Palestina untuk merdeka dari Israel.

Disisi lain keputusan normalisasi Arab juga dinilai mempersulit kemerdekaan Palestina, karena negara-negara Arab telah berpihak pada Israel dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Indonesia Dapat Bantuan Vaksin Sinovac dan Vaksin AstraZeneca, Vaksin Covid-19 Tahap 18 dan 19

Sejak Bahrain-Israel damai, Mesir sebagaimana diungkapkn Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi merasa gembira atas peristiwa normalisasi Arab, karena dipandang langkah maju menuju perdamaian di wilayah itu. Hal ini justru membuat Turki dan Iran murka mengecam keras keputusan Bahrain menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Kementerian Luar Negeri Turki dilansir Reuters menyebut kesepakatan tersebut akan memberi pukulan baru bagi perjuangan Palestina. Dari kesepakatan ini mendorong Israel melanjutkan praktik tidak sah terhadap Palestina, dan menjadikan pendudukan tanah Palestina permanen.

Tidak hanya Turki yang mengecam normalisasi Arab, Iran juga menyebut kebijakan Bahrain akan mengancam keamanan regional. Langkah Bahrain disebut Iran memalukan, karena mengorbankan dan perjuangan Palestina selama puluhan tahun.

Baca Juga: Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani Remi Jadi Tersangka, Tambah Deretan Publik Figur Gunakan Narkoba

Semenjak normalisasi Bahrain-Israel bergulir timbul masalah baru, akhirnya Palestina putuskan keluar dari Liga Arab. Buntut dari perdamaian UEA-Bahrain dengan Israel. Palestina merasa kecewa terhadap Dewan Liga Arab yang gagal mencegah perdamaian Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, sampai akhirnya mundur dari Liga Arab sebagai pilihan.

Hal tersebut sebagai protes atas sikap Liga Arab yang dianggap gagal dan sebagai penghianatan. Nasib Palestina menjadi terabaikan, sebab negara-negara berpaling ke Israel. Walaupun demikian setelah UEA dan Bahrain dikabarkan Oman dan Sudan akan menyusul berdamai dengan Israel yang nantinya menjadi catatan dalam sejarah.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah