Amerika Serikat Usir 12 Diplomat Rusia yang Bekerja di PBB, Terkait Invasi ke Ukraina, Dubes Tolak Tudingan

- 2 Maret 2022, 13:48 WIB
Ilustrasi logo PBB, PORTAL JOGJA - Pasca invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 situasi hubungan diplomatik masyarakat internasional memanas.  Salah satunya Amerika Serikat (AS) mengusir warga Rusia yang bekerja di PBB.  Akibat pengusiran ini membuat Rusia bereaksi karena dianggap menyalahi ketentuan yang ada.  Sebanyak 12 anggota misi diplomatik Rusia untuk PBB telah diperintahkan untuk meninggalkan Amerika Serikat pada 7 Maret mendatang.   Pengusiran itu diungkapkan oleh Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia beserta stafnya.  "Ini berita buruk," kata Nebenzia, menolak untuk merinci apakah dia termasuk di antara mereka yang disuruh pergi.  Nebenzia mengatakan pengusiran tersebut merupakan langkah permusuhan yang diambil oleh AS sekaligus "pelanggaran berat lainnya" terhadap Perjanjian Markas Besar PBB-AS dan Konvensi Wina.  Selain itu,Amerika Serikat juga mengusir seorang warga negara Rusia yang bekerja di Sekretariat PBB, demikian disampaikan seorang juru bicara PBB, pada Selasa 1 Maret 2022.  "Dapat saya konfirmasi bahwa Perutusan Tetap AS untuk PBB memberi tahu Sekretariat pada 28 Februari tentang keputusannya untuk mengambil tindakan berdasarkan Bab 13b Perjanjian Markas Besar PBB-AS menyangkut seorang anggota staf di Sekretariat," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.  "Kami menyayangkan ada situasi seperti ini, namun kami terikat dengan negara tuan rumah sesuai dengan Bab 13b dari perjanjian tersebut," katanya.  Dujarric menolak memberikan informasi lebih lanjut dengan alasan untuk menghormati privasi individu yang bersangkutan dan sensitivitas masalah ini.  Dia mengatakan keputusan AS tersebut ganjil karena kontrak kerja untuk anggota staf tersebut dijadwalkan berakhir pada 14 Maret.  AS pada Senin kemarin telah mengumumkan pengusiran 12 anggota staf Perutusan Tetap Rusia untuk PBB.  Dalam sebuah pernyataan, Perutusan Tetap AS untuk PBB menggambarkan 12 diplomat Rusia itu sebagai operator intelijen yang telah menyalahgunakan hak tinggal mereka di AS dengan terlibat dalam kegiatan spionase.  Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia pada Senin memperlihatkan kekecewaan atas keputusan AS itu.  Keputusan AS untuk mengusir 12 diplomat Rusia dan satu anggota staf PBB dari Rusia muncul di tengah operasi militer Rusia di Ukraina. ***
Ilustrasi logo PBB, PORTAL JOGJA - Pasca invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 situasi hubungan diplomatik masyarakat internasional memanas. Salah satunya Amerika Serikat (AS) mengusir warga Rusia yang bekerja di PBB. Akibat pengusiran ini membuat Rusia bereaksi karena dianggap menyalahi ketentuan yang ada. Sebanyak 12 anggota misi diplomatik Rusia untuk PBB telah diperintahkan untuk meninggalkan Amerika Serikat pada 7 Maret mendatang. Pengusiran itu diungkapkan oleh Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia beserta stafnya. "Ini berita buruk," kata Nebenzia, menolak untuk merinci apakah dia termasuk di antara mereka yang disuruh pergi. Nebenzia mengatakan pengusiran tersebut merupakan langkah permusuhan yang diambil oleh AS sekaligus "pelanggaran berat lainnya" terhadap Perjanjian Markas Besar PBB-AS dan Konvensi Wina. Selain itu,Amerika Serikat juga mengusir seorang warga negara Rusia yang bekerja di Sekretariat PBB, demikian disampaikan seorang juru bicara PBB, pada Selasa 1 Maret 2022. "Dapat saya konfirmasi bahwa Perutusan Tetap AS untuk PBB memberi tahu Sekretariat pada 28 Februari tentang keputusannya untuk mengambil tindakan berdasarkan Bab 13b Perjanjian Markas Besar PBB-AS menyangkut seorang anggota staf di Sekretariat," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Kami menyayangkan ada situasi seperti ini, namun kami terikat dengan negara tuan rumah sesuai dengan Bab 13b dari perjanjian tersebut," katanya. Dujarric menolak memberikan informasi lebih lanjut dengan alasan untuk menghormati privasi individu yang bersangkutan dan sensitivitas masalah ini. Dia mengatakan keputusan AS tersebut ganjil karena kontrak kerja untuk anggota staf tersebut dijadwalkan berakhir pada 14 Maret. AS pada Senin kemarin telah mengumumkan pengusiran 12 anggota staf Perutusan Tetap Rusia untuk PBB. Dalam sebuah pernyataan, Perutusan Tetap AS untuk PBB menggambarkan 12 diplomat Rusia itu sebagai operator intelijen yang telah menyalahgunakan hak tinggal mereka di AS dengan terlibat dalam kegiatan spionase. Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia pada Senin memperlihatkan kekecewaan atas keputusan AS itu. Keputusan AS untuk mengusir 12 diplomat Rusia dan satu anggota staf PBB dari Rusia muncul di tengah operasi militer Rusia di Ukraina. *** /Chickenonline/pixabay.com

PORTAL JOGJA - Pasca invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 situasi hubungan diplomatik masyarakat internasional memanas.

Salah satunya Amerika Serikat (AS) mengusir warga Rusia yang bekerja di PBB.

Akibat pengusiran ini membuat Rusia bereaksi karena dianggap menyalahi ketentuan yang ada.

Sebanyak 12 anggota misi diplomatik Rusia untuk PBB telah diperintahkan untuk meninggalkan Amerika Serikat pada 7 Maret mendatang.

Pengusiran itu diungkapkan oleh Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia beserta stafnya.

Baca Juga: PM Australia Temui Warga Ukraina Sebelum Terkonfirmasi Positif Covid-19

"Ini berita buruk," kata Nebenzia, menolak untuk merinci apakah dia termasuk di antara mereka yang disuruh pergi.

Nebenzia mengatakan pengusiran tersebut merupakan langkah permusuhan yang diambil oleh AS sekaligus "pelanggaran berat lainnya" terhadap Perjanjian Markas Besar PBB-AS dan Konvensi Wina.

Selain itu,Amerika Serikat juga mengusir seorang warga negara Rusia yang bekerja di Sekretariat PBB, demikian disampaikan seorang juru bicara PBB, pada Selasa 1 Maret 2022.

"Dapat saya konfirmasi bahwa Perutusan Tetap AS untuk PBB memberi tahu Sekretariat pada 28 Februari tentang keputusannya untuk mengambil tindakan berdasarkan Bab 13b Perjanjian Markas Besar PBB-AS menyangkut seorang anggota staf di Sekretariat," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Antara usatoday.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x