Angka Kelahiran Anak di China Menurun, Para Ahli Khawatir, Mengapa?

- 20 April 2021, 15:28 WIB
ilustrasi bayi yang baru dilahirkan di rumah sakit
ilustrasi bayi yang baru dilahirkan di rumah sakit /Bagus Kurniawan/dx_www/Unsplash

PORTAL JOGJA - Negara dengan jumlah populasi terbanyak di dunia, China ternyata kini memiliki masalah dengan angka kelahiran anak yang menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Para ahli bahkan memprediksi angka kelahiran anak dapat turun di bawah 10 juta setiap tahunnya dalam lima tahun mendatang.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran para ahli karena dampak yang akan ditimbulkan dari penurunan tersebut.

China memiliki kebijakan satu keluarga satu anak yang diimplementasikan sejak tahun 1979. Artinya setiap keluarga di China hanya dapat memiliki satu anak saja.

Baca Juga: Pembagian Makanan di Turki, Tanda Meningkatnya Kemiskinan di Negara Presiden Erdogan

Baca Juga: Mulai Hari Ini Posko THR 2021 Mulai Beroperasi, Pastikan THR Keagamaan Benar-Benar Dibayarkan

Tujuannya, untuk menekan angka populasi agar masyarakat China dapat lebi maju dan lebih makmur.

Sayangnya, kebijakan ini memiliki dampak negatif. Keluarga China yang patriarki lebih menyukai anak laki-laki, akibatnya kelahiran anak laki-laki yang terdata sangat besar dibanding dengan anak perempuan.

Hal ini menyebabkan ketidaksetaraan jumlah laki-laki dan perempuan. Yang berakibat pada kesulitan untuk menikah.

Kebijakan yang telah diterapkan puluhan tahun ini juga menimbulkan ketakutan untuk mendapatkan denda yang tinggi dari pemerintah.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya, Menebak Pengganti Presiden Jokowi Setelah 2024, Notonegoro, Kali Ini Urutan Ga dan Go

Baca Juga: Emas Antam Naik, Emas UBS Turun di Pegadaian Hari Ini Selasa 20 April 2021

Hal ini membuat keluarga yang beranak lebih dari satu memilih untuk menyembunyikan anak lainnya yang berujung pada anak tidak memiliki dokumen resmi dan menambah beban bagi pemerintah sendiri.

Akhirnya kebijakan ini dicabut pada 2015 dan berlaku efektif pada 2016.

Pada data terakhir, jumlah angka kelahiran bayi di China pada tahun 2019 turun 580 ribu dengan angka kelahiran 10,48 per seribu. Ini adalah angka kelahiran terendah sejak 1949.

Akibatnya, menurut Dong Yuzheng, Direktur Akademi Pengembangan Populasi Guangdong, total populasi China juga dapat turun dalam beberapa tahun ke depan.

Baca Juga: Gunung Merapi Hari Ini Kembali Bergolak, Sudah Beberapa Kali Luncurkan Awan Panas Guguran, Terjauh Hingga 1,5

Data terpisah dari Kementerian Keamanan Publik menunjukkan angka kelahiran tahun 2020 anjlok 15 persen menjadi 10,035 juta kelahiran, dari 11,79 juta kelahiran pada 2019.

Tingkat angka kelahiran yang menurun diiringi dengan jumlah lansia yang jauh lebih banyak akan menimbulkan masalah baru yang mengkhawatirkan, menurut para ahli.

“(Jumlah kelahiran) mungkin turun di bawah 10 juta tahun depan,” ujar Liu Kaiming, seorang ahli tenaga kerja.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi penurunan angka kelahiran anak didorong dari meningkatnya biaya perawatan kesehatan, pendidikan, perumahan. Hal ini diperparah dengan pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi semakin tidak menentu.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta 20 April 2021: Mama Rsa Tetap Curiga Soal Makam Roy, Al Tetap Bongkar

Unggahan di media sosial China dengan tagar ‘Bagaimana mengeluarkan China dari perangkap kesuburan rendah’ telah dilihat 120 juta kali pada Selasa, 20 April 2021 mengaitkan tingkat kesuburan yang rendah dengan biaya hidup yang tinggi, sementara yang lain mengatakan norma sosial berubah.

“Penurunan tingkat kesuburan sebenarnya mencerminkan kemajuan dalam berpikir orang China, perempuan bukan lagi alat kesuburan," tulis seorang pengguna Weibo, akun media sosial serupa Twitter di China.

Saat ini sekitar seperlima warga China berusia 60 ke atas, atau sekitar 250 juta orang. Berkurangnya angka kelahiran yang diiringi dengan jumlah lansia yang tinggi merupakan hambatan kebijakan bagi para pemimpin China

Baca Juga: Nicolas Saputra Trending Gara-Gara Vaksin Covid-19, Fiersa Besari Komentari Begini

Pemerintah berjanji untuk menjamin perawatan kesehatan dan pembayaran pensiun, sedangkan produktivitas angkatan kerja China menurun.

Akibatnya, pemerintah China mulai mencari langkah untuk menaikkan angka kelahiran anak kembali.

“Kami akan menerapkan strategi nasional untuk mengatasi penuaan populasi, membuat kebijakan persalinan kami lebih inklusif, dan berupaya untuk mengurangi biaya melahirkan, mengasuh, dan pendidikan," kata Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional dalam laporan kerja tahunannya.

Namun, tidak semua orang setuju dengan hal itu.

“Daripada mendorong kelahiran dua kali lipat, akan lebih baik bekerja keras untuk meningkatkan kualitas dari populasi baru,” tulis pengguna Weibo lainnya.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x