PORTAL JOGJA - Perhelatan Olimpiade Tokyo akan digelar kurang dari empat bulan lagi. Penyelenggara mengatakan pihaknya berusaha mengurangi risiko penularan, tetapi beberapa ahli medis tidak yakin akan hal itu.
Salah seorang ahli penyakit menular Rumah Sakit Keiyu di Jepang Dr. Norio Sugaya mengatakan bahwa sebaiknya Olimpiade tidak diadakan karena resikonya sangat tinggi.
“Yang terbaik adalah tidak mengadakan Olimpiade karena risikonya cukup besar, “Risikonya tinggi di Jepang. Jepang berbahaya, sama sekali bukan tempat yang aman," katanya kepada Associated Press.
Baca Juga: Kemenhub Masih Godok Aturan Larangan Mudik, Hasil Survei Sebut 89 Persen Masyarakat Tidak akan Mudik
Baca Juga: Muhammadiyah Keluarkan 13 Tuntunan Ibadah di Bulan Ramadhan dalam Kondisi Darurat Covid-19
Sugaya percaya vaksinasi 50-70% dari masyarakat umum harus menjadi "prasyarat" untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan aman, namun skenario tersebut sangat tidak mungkin mengingat peluncuran vaksin yang lambat di Jepang.
Sejauh ini kurang dari 1% populasi telah divaksinasi, dan semuanya adalah profesional medis. Sebagian besar masyarakat umum diperkirakan tidak akan divaksinasi pada saat Olimpiade dibuka pada 23 Juli mendatang.
“Puluhan ribu orang asing akan memasuki negara ini, termasuk media massa, dalam waktu singkat, tantangannya akan sangat besar,” kata Sugaya.
Pemerintah Jepang dan penyelenggara Olimpiade setempat mengatakan vaksinasi bukanlah prasyarat untuk Olimpiade, meskipun Komite Olimpiade Internasional mendorong 15.400 atlet Olimpiade dan Paralimpiade untuk divaksinasi saat mereka memasuki Jepang.
Jumlah kematian terkait Covid-19 di Jepang sekitar 9.000 jauh lebih sedikit dari banyak negara,tetapi Sugaya menekankan bahwa jumlahnya termasuk yang tertinggi di Asia.