Singapura Dikejutkan Rencana Penyerangan Masjid dan Sinagoge Dalam 4 Bulan Terakhir, Pelaku Berusia 16 dan 20

- 12 Maret 2021, 12:09 WIB
singapura/Aishah Rahman/Unsplash
singapura/Aishah Rahman/Unsplash /

Menurut ISD, investigasi mereka sejauh ini menunjukkan bahwa pemuda tersebut telah bertindak sendiri, tanpa indikasi bahwa ia mencoba mempengaruhi siapa pun dengan pandangan ekstrimnya atau melibatkan orang lain dalam rencana serangannya.

"Keluarga dekatnya dan orang lain di lingkaran sosialnya tidak mengetahui rencana serangannya dan kedalaman kebenciannya terhadap Islam," kata ISD.

Kasus ini merupakan perkembangan yang mengkhawatirkan bagi Singapura. Jika serangan itu berhasil, kemungkinan akan memicu ketakutan dan konflik antara kelompok ras dan agama yang berbeda.

“Jika seseorang pada suatu hari memutuskan bahwa dia akan menyerang masjid, atau gereja atau kuil, undang-undang pengendalian senjata kami dapat memprediksinya. Tapi membawa pisau dan memutuskan ingin melakukan sesuatu? Tidak akan mudah untuk mencegahnya setiap saat,” ujar politisi berdarah Tamil ini.

Singapura memilih pendekatan rehabilitasi pada pelaku rencana penyerangan terhadap target yang berbasiskan agama. Ini melibatkan proses konseling psikologis dan peranan pemuka agama untuk meluruskan pandangan dari perilaku radikal.

"Ketika melibatkan Muslim yang menyerang Kristen atau Kristen yang menyerang Muslim, pandangan saya sendiri adalah bahwa proses pengadilan semakin mengobarkan semangat mereka untuk berbuat radikal. Melalui Internal Security Act, kami dapat bergerak lebih cepat, mencegah kejadian serta menghentikan ide radikalisme sejak awal,” ujar Shanmugam

Para pelakuu ini akan diberikan konseling psikologis untuk mengatasi kecenderungannya terhadap kekerasan dan kerentanannya terhadap pengaruh radikal.

Pendekatan rehabilitasi ini berlaku bagi siapapun, Muslim atau Kristen yang terindikasi radikal.

“Harapan kami adalah meminta para pemimpin agama berbicara dengan bocah ini, dan semoga membuatnya mengerti bahwa ini bukanlah tentang Kekristenan, dan bahwa dia telah menempuh jalan yang bertentangan dengan masyarakat. Kami berharap dia akan mengerti itu," ujar Shanmugam.

"Begitu juga dengan Muslim yang kami jemput, kami berbicara dengan para pemimpin agama dan menasihati mereka. Itulah mengapa kelompok rehabilitasi agama sangat membantu. Untungnya, banyak dari mereka telah memahami, meninggalkan kekerasan dan telah kembali ke masyarakat,” lanjut Shanmugam.

Halaman:

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah