Detik-Detik Erupsi Merapi 2010, Kesaksian Warga dusun Petung Cangkringan Sleman

26 Oktober 2020, 21:57 WIB
Gunung Merapi dari obyek wisata Kalngon, Cangkringan Sleman. /Panji Arkananta

PORTAL JOGJA - Bagi warga dusun Petung desa Kepuharjo kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman, erupsi Gunung Merapi tahun 2010 merupakan peristiwa yang paling memilukan.

Bagaimana tidak, dalam erupsi yang terjadi tanggal 26 Oktober 2010 itu, dusun Petung luluh lantak diterjang awan panas atau kalau masyarakat setempat menyebutnya sebagai wedus gembel.

Desa Kepuharjo yang dihuni tak kurang dari 3000 jiwa waktu itu pun porak poranda.

Baca Juga: BPPTKG Prediksi Gunung Merapi Bakal Erupsi Lagi, Seberapa Besar Dibanding 2010 dan 2006?

Baca Juga: Penjelasan BPPTKG Soal Erupsi Merapi yang Kian Dekat, Status Waspada Level II

Berikut adalah Kronologis erupsi Merapi tahun 2010:

25 Oktober, BPPTKG Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB.

26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTK, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 kilometer yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo.

Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km. Letusan saat itu juga menewaskan juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.

28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.

Ahmad Saukani salah seorang warga dusun Petung desa Kepuharjo menceritakan kepada Portal Jogja, detik-detik peristiwa memilukan itu.

Saat Merapi mulai erupsi, ia waktu itu masih berada di rumahnya di dusun Petung yang berjarak sekitar 7 km dari puncak Merapi.

Baca Juga: Presiden Jokowi : Vaksin Covid-19 Harus Aman dan Efektif

Ia kemudian ditelepon saudaranya untuk segera turun. Saudaranya yang juga tinggal di dusun Petung itu waktu itu sudah lebih dulu turun dan sudah sampai di ring road utara yang berjarak sekitar 20 km dari puncak Merapi.

Ahmad pun langsung menyalakan mobilnya, saat ia mengeluarkan mobil dari garasi, kerikil mulai berjatuhan menimpa kap mobilnya. Ia pun langsung mengisi botol air dan bergegas turun. Suasana saat itu sudah gelap gulita karena listrik mati dan abu yang turun dengan deras.

Sampai di sekitar Pasar Jangkang Kecamatan Ngemplak Sleman, Ahmad mengatakan bahwa yang jatuh dari atas sudah bukan kerikil tapi abu pekat hingga wipper mobilnya tidak kuat untuk menyekanya.

Dengan bermodalkan botol air yang dibawa, ia pun menyiramkannya ke kaca mobil sehingga pandangannya tidak terganggu.

Baca Juga: BPOM Tau Mau Gegabah Keluarkan Izin Vaksin COVID-10

Ia pun pergi ke rumah ibunya yang kebetulan berada pada zona aman, untuk menitipkan anaknya yang masih SD. Saat itu ia berpesan agar ibunya jangan diberitahu kalau rumah miliknya sudah habis terkena erupsi Merapi.

Jam 1 dinihari ia ditelepon oleh temannya dari PMI, yang mengabarkan bahwa berdasarkan citra foto satelit, dusun Petung termasuk rumahnya sudah habis.

Ahmad Saukani waktu itu kemudian memutuskan kembali ke daerah terdampak erupsi bergabung dengan relawan lain, untuk melakukan evakuasi begitu aktivitas erupsi mulai menurun.

Betapa terkejutnya ia saat melihat perkampungan sudah porak poranda.

Baca Juga: PT Buah Naga Teknologi Membuka Lowongan Kerja Staf HRD

Ahmad menuturkan, waktu itu ia menemukan sebuah mobil Yaris yang hangus terpanggang berisi penuh satu keluarga. Di kursi belakang duduk seorang kakek dan nenek mengapit seorang cucu, sementara sepasang suami istri berada di depan, sambil sang istri memangku seorang anak kecil.

Mobil tersebut tidak sempat menyelamatkan diri karena kunci mobil berada di bawah. Diduga saking paniknya, sang pengemudi tidak sempat menyalakan mobil karena kuncinya terjatuh saat awan panas menerjang.

Ahmad waktu itu hanya berusaha menyelamatkan orang sebanyak-banyaknya. Ia pun bergegas memotong bambu dan membawa kain sarung untuk dijadikan tandu darurat guna mengevakuasi para korban.

Baca Juga: Update Harga Jual dan Buyback Emas Galeri 24 Hari Ini, Senin 26 Oktober 2020

Desa Kepuharjo yang memiliki 8 dusun yakni Dusun Kaliadem, Jambu, Petung, Kopeng, Batur, pagerjurang, Kepuh dan Manggong hampir semuanya porak poranda.

Saat ini Ahmad Saukani masih tinggal di dusun Petung. Ia bersama warga dusun Petung tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan dan mulai membangun kembali dusun Petung yang rata dengan tanah.

10 tahun berlalu, kini dusun Petung sudah kembali berbenah, memberdayakan warga dengan mengembangkan sektor wisata yang ada disana, melalui Paguyuban Wisata Dusun Petung. ***

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler