Network
PORTAL JOGJA - Beberapa tahun terakhir, tiap menjelang Ramadhan tidak sedikit masyarakat yang menyoroti dan mengritisi aturan tentang larangan penggunaan speaker luar untuk kegiatan baca Al Quran maupun shalat berjamaah.
Tak terkecuali Gus Miftah yang dalam sebuah acara di Jawa Timur mempermasalahkan larangan tersebut dan membandingkannya dengan penggunaan speaker dalam pementasan musik dangdut yang bahkan kadang hingga pukul 1 dini hari.
Dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di masjid dan musalla tersebut antara lain mengatur tentang syiar Ramadhan sebagai berikut :
Baca Juga: Pesan Rektor UMY Sikapi Perbedaaan Awal Ramadan: Mari Kita Saling Menghormati
"penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam".
Pengaturan tersebut kemudian banyak mendapat sorotan dan kritik dari berbagai elemen masyarakat karena dianggap membatasi syiar agama.
Hanya saja Kementerian Agama menyebutkan, pengaturan penggunaan pengeras suara sebenarnya bukan hal baru. Bahkan sejak 1978 telah ada Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978.
Dalan Instruksi Dirjen Bimas Islam tersebut juga diatur bahwa saat Ramadan, siang dan malam hari, bacaan Al-Qur’an menggunakan pengeras suara ke dalam.
Untuk memahami Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 tahun 2022 secara lengkap, masyarakat dapat mengunduh melalui laman resmi Kementerian Agama Ri dengan link https://kemenag.go.id/informasi/surat-edaran-menteri-agama-no-se-05-tahun-2022-tentang-pedoman-penggunaan-pengeras-suara-di-masjid-dan-musala. ***
