Cerita Soeharto Salat Tarawih di Kediamannya Jalan Cendana

- 29 Maret 2023, 04:12 WIB
Soeharto menjadi imam salat di kediaman resminya, Jalan Cendana No. 6-8, Menteng, Jakarta Pusat.
Soeharto menjadi imam salat di kediaman resminya, Jalan Cendana No. 6-8, Menteng, Jakarta Pusat. /Foto: Instagram @jejaksoeharto /

PORTAL JOGJA- Presiden Soeharto adalah penganut kejawen atau Islam Jawa. Ia acap kali melanggengkan kepercayaan leluhur. Namun, bukan berarti Soeharto tak menjalani tradisi Islam. Ia justru tumbuh dalam lingkungan Islami. Ibadah salat dan mengaji sudah dilakukannya sejak kecil.

Ritual keagamaan Islam pun kerap dijalankannya. Apalagi di bulan Ramadan. Rumahnya di Jalan Cendana acap kali menjelma sebagai lokasi salat Tarawih saban Ramadan.

Tindak-tanduk Soeharto sebagai penganut kejawen sudah menjadi rahasia umum. Tiada yang memperdebatkan hal itu. Demikian pula, dengan kedekatannya dengan tradisi Islam. Ritual keagamaan Islam telah dilakoninya sejak kecil di Pedukuhan Kemusuk Lor, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta maupun di Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.

Baca Juga: Jadah Tempe Makanan Khas Sleman yang Menjadi Kegemaran Sultan HB IX 

Sebagai anak petani, aktivitas Soeharto tak jauh beda dengan anak-anak lain di desanya. Tiap sore hari Soeharto kerap belajar membaca kitab suci Al-Quran di langgar atau musala. Pelajaran mengaji itu adalah wajib bagi keluarganya.

Karenanya, Soeharto kecil menganggap langgar sebagai rumah kedua, aktivitas mengaji itu bisa memakan waktu berjam-jam. Ia baru kelar mengaji kalau sudah masuknya waktu sembahyang Isya. Setelahnya, Soeharto tinggal memilih antara berdiam semalam suntuk di langgar atau segera pulang ke rumah.

Seperti dikutip dalam buku berjudul “Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto” karya OG Roeder yang terbit pada 1976.

“Di sore hari, Soeharto mengaji, belajar membaca kitab suci Alquran. Ini adalah pelajaran yang diwajibkan bagi setiap anak. Pengajian Alquran dilakukan di langgar. Sering ia berada di langgar sampai-sampai jam delapan malam, dan sesudah selesai sembahyang Isya beramai-ramai barulah dia pulang ke rumahnya, dan kadang-kadang semalam suntuk mereka bersama di langgar.”

Kedekatan Soeharto dengan Islam bisa dilihat saat ia dan keluarganya kompak menjalani ibadah Ramadan bersama keluarga. Rumahnya di Jalan Cendana bahkan digunakan untuk menjalankan ibadah salat Tarawih bersama warga sekitar.

Tradisi salat Tarawih berjamaah di Cendana, menjadi rutinitas yang selalu dilakukan Jenderal Besar ini. Warga sekitar pun selalu merindukan suasana salat Tarawih bersama keluarga Soeharto.

Kala tak sibuk, Soeharto selalu menyempatkan salat Tarawih di rumahnya. Pejabat-pejabat lainnya pun ikutan. Mereka yang kebetulan memiliki agenda berjumpa Soeharto akan ikut momen buka puasa yang kemudian dilanjutkan dengan salat Tarawih bersama warga.

Dalam buku “Pak Harto: The Untold Stories” yang disusun Mantan Ajudan Presiden Soeharto, Irjen (Purn) Anton Tabah Digdoyo pada 2011. Terdapat kesaksian dan kenangan keluarga, tetangga, sahabat, kolega, dan para pembantu kabinet Orde Baru saat bersama Presiden Soeharto di bulan Ramadan :

“Jadi, kita warga suka salat tarawih bersama di rumah Pak Harto. Sejak jadi presiden, Pak Harto mempersilahkan warga disini untuk salat tarawih bersama di rumahnya. Pak Harto sering salat bersama warga, anak-anaknya seperti Mbak Tutut, Mbak Titiek, Mbak Mamiek, Mas Ari, Sigit juga suka tarawih di rumah bapak.”

“Kalau Pak Harto nggak ada, anak-anaknya tetap kok salat tarawih bareng kita-kita. Setelah nggak jadi presiden, Pak Harto masih sering tarawih bareng kita kok,” ujar Umi, wanita asal Purwokerto, Jawa Tengah yang sempat aktif salat tarawih di Cendana.

Baca Juga: Alat Musik Gambus Sarana Pengiring Hiburan dan Penyebaran Agama Islam

Intensitas kehadiran Soeharto semakin meningkat saat dirinya sudah tak lagi menjabat sebagai presiden. Soeharto tak hanya salat Tarawih bersama warga. Anak-anaknya pun ikut salat. Kebiasaan salat Tarawih itu langgeng hingga akhir hayat Soeharto.

“Masa-masa akhir hidupnya dilewati Pak Harto ditemani anak-cucu, beliau menjalani hari tua dengan banyak ibadah. Pernah saya mengajak seorang sahabat, seorang doktor ilmu politik dari Singapura ikut salat tarawih di Cendana, kebiasaan yang dijalani Pak Harto dan keluarganya hingga akhir hayat,” ujar Teguh Juwarno.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x