Empat Keraton Penyangga Kejayaan Islam di Cirebon Sejak Abad Ke-15

- 24 Maret 2023, 05:31 WIB
Salah satu sudut bangunan yang terdapat di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Salah satu sudut bangunan yang terdapat di Keraton Kasepuhan Cirebon. /FB/@Keraton Kasepuhan Cirebon /

Pada saat itu dua putra Panembahan Ratu II yaitu Pangeran Mertawijaya dan Pangeran Kertawijaya sedang berada di Mataram. Sedangkan putra satunya lagi, Pangeran Wangsakerta berada di Cirebon.

Selama dua pangeran tersebut berada di Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten dengan bantuan pemberontak Trunojoyo, berhasil mengambil kesempatan untuk melakukan taktik agar Cirebon melemah dan tak lagi terlalu dekat dengan Mataram yang menjadi pesaingnya.

Baca Juga: MotoGP Portugal Jadi Seri Pembuka Musim 2023, Ini Jadwal Lengkapnya 

Sultan Banten kemudian mengangkat kedua pangeran tersebut sebagai Sultan Cirebon. Pangeran Mertawijaya ditetapkan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703). Sedangkan Pangeran Kertawijaya diangkat sebagai Sultan Keraton Kanoman dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723). Sementara Pangeran Wangsakerta hanya diangkat sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin (1677-1713).

Pangeran Mertawijaya dan Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Cirebon, mempunyai wilayah dan kedaulatan penuh berikut rakyat dan istananya masing-masing. Sementara Pangeran Wangsakerta tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri. Namun berdiri sebagai Kaprabonan atau Paguron yaitu tempat menimba ilmu agama di kalangan intelektual Keraton Cirebon.

Perpecahan kedua terjadi pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803) ketika salah satu putranya berkehendak membangun kesultanan sendiri dengan nama Kacirebonan.

Peluang memecah belah ini diamini oleh VOC Belanda yang segera mengeluarkan surat besulit untuk menetapkannya sebagai Sultan Kacirebonan. Namun, dengan syarat bahwa putra dan para penggantinya tidak berhak atas gelar sultan tapi cukup dengan gelar pangeran saja.

Maka sejak saat itulah, Kesultanan Cirebon terbagi menjadi empat kekuasaan, yang masing-masing pangeran atau pemimpinnya memiliki keraton atau istana nya sendiri-sendiri.***

 

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: cirebonkota.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x