Masyarakat Sumba Membawa Mamuli Sebagai Bekal Kubur

- 19 Maret 2023, 05:37 WIB
Perhiasan emas Mamuli khas Pulau Sumba yang menyerupai organ reproduksi wanita.
Perhiasan emas Mamuli khas Pulau Sumba yang menyerupai organ reproduksi wanita. /Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id /

PORTAL JOGJA- Mamuli dalam kehidupan masyarakat Pulau Sumba merupakan lambang jati diri seseorang dalam kehidupan.

Mamuli dalam Bahasa Sumba disebut omma adalah sebuah perhiasan khas Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga dan ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap.

Begitu pentingnya mamuli sehingga kerap digunakan dalam ritual adat yang sangat sakral seperti perkawinan dan kematian. Bahkan dijadikan simbol status sosial seseorang. Bagi keturunan darah biru Sumba, mamuli juga dijadikan benda pusaka yang disimpan secara khusus.

Baca Juga: Ki Tjokrowasito Empu Karawitan Yogyakarta yang Karyanya Meroket Sampai ke Angkasa Luar   

Perhiasan Mamuli dipakai oleh kebanyakan perempuan Sumba. Namun, pada upacara adat tertentu, kaum laki-laki juga menggunakan mamuli sebagai aksesoris dan sebagai bentuk penghormatan terhadap wanita pada saat menari dan pergelaran upacara-upacara adat.

Mamuli memiliki fungsi pertama sebagai bekal kubur dan simbol status sosial dari orang yang meninggal. Adanya bekal kubur bertujuan agar menjamin kesejahteraan arwah pada kehidupan setelah mati dan agar selamat dalam perjalanan menuju alam nirwana untuk dapat berkumpul bersama leluhurnya.

Fungsi kedua mamuli sebagai mahar dalam pernikahan. Mamuli merupakan belis yang sangat utama dan dianggap sebagai lambang perdamaian antara pihak mempelai wanita dan laki-laki. Bentuk dasar perhiasan mamuli yang menyerupai rahim atau kelamin perempuan dianggap sebagai lambang kesuburan dan penghormatan terhadap kaum perempuan yang dapat melahirkan.

Mamuli wajib ada dalam pernikahan sebagai pengganti air susu ibu dan jerih payah orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Jika pihak mempelai laki-laki tidak dapat memenuhi syarat, mamuli dapat diganti dengan benda lain yang nilainya setara, misalnya 15 ekor kerbau.

Fungsi ketiga mamuli digunakan sebagai perhiasan. Dahulu, masyarakat Sumba jika ingin memakai mamuli, para perempuan harus melubangi telinga mereka selebar-lebarnya hingga mamuli dapat masuk ke telinga mereka. Biasanya mereka menggunakan kertas yang digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang daun telinga. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sampai lubang telinga mereka membesar.

Seiring berjalannya waktu, mereka memiliki cara lain untuk memakai mamuli, yakni memodifikasi mamuli layaknya anting-anting yang dipakai sehari-hari. Sehingga mereka tidak membutuhkan waktu lama agar lubang daun telinga mereka membesar.

Baca Juga: Rombongan Buruh Gendong Bertemu Kapolda DIY di Pasar Kangen

Ada pertanda bagi perempuan Sumba yang menggunakan mamuli sebagai anting di sebelah kanan yang artinya belum atau tidak menikah.

Meskipun mamuli sebagai perlambang perempuan (feminim), tapi dianggap mengandung nilai maskulinitas berdasarkan karakteristik sekunder dari ornamen yang ada. Seperti pada ornamen mamuli yang terdapat gambar prajurit membawa tombak dan perisai (maskulin) sebagai konsep perlindungan dan saling melengkapi. Perlu juga diketahui bahwa logam emas bagi masyarakat adat Sumba merupakan simbolisme laki-laki.

Pada mamuli terdapat juga lambang manusia jongkok yang bermakna hamba sahaya. Biasanya lambang tersebut digunakan oleh kaum bangsawan, karena hanya kaum bangsawanlah yang memiliki hamba sahaya atau budak.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: museumnasional.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x