Anak Rambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng Dipercaya Sebagai Titipan Penguasa Alam Gaib

- 5 Maret 2023, 20:13 WIB
Salah satu anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng.
Salah satu anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng. /FB /@Rizki Triyani Sinaga/

PORTAL JOGJA- Dataran Tinggi Dieng dianggap sebagai sebuah tempat yang memiliki nuansa mistis sekaligus dianggap suci. Dieng sendiri berasal dari kata Jawa Kuno dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur.

Namun, di balik keindahan alam Dataran Tinggi Dieng dalam balutan udara sejuk dan keramahan masyarakatnya. Ternyata ada sekelompok anak berambut gimbal yang disebut anak gembel atau bajang.

Rambut gimbal anak Dieng dipercaya sebagai titipan penguasa alam gaib dan baru bisa dipotong setelah adanya permintaan dari anak bersangkutan.

Bagi anak yang ditakdirkan berambut gimbal akan mengalami demam tinggi yang kemudian diikuti oleh melekatnya helai-helai rambut yang kemudian menjadi gimbal.

Baca Juga: Sinopsis 8 Film dan Drama Korea yang Tayang di Viu Bulan Maret, Ada Cafe Midnight Hingga Duty After School 

Terdapat karakteristik gimbal yang tampak berlainan jika dilihat, yaitu gembel pari, gembel baris, dan gembel wedus.

Tidak serta merta rambut yang telah tumbuh gimbal akan dapat dipotong. Pemotongan harus melalui proses panjang, mulai dari memberi pertanyaan kepada anak yang berambut gimbal, mengenai apa yang diinginkan ketika akan dilaksanakan prosesi pemotongan rambut.

Pertanyaan mengenai apa yang diinginkan oleh sang anak ketika akan dipotong rambutnya harus ditanyakan ketika anak bangun tidur di pagi hari. Jawaban pertama yang diminta sang anak harus dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya.

Uniknya tiap individu anak gimbal bervariasi permintaannya. Mulai hal sepele seperti meminta sesuatu makanan hingga barang mahal. Uniknya lagi akan dijawab sama walau ditanyakan berulang-ulang.

Permintaan-permintaan yang sulit dipenuhi akan membuat pemotongan rambut menjadi tertunda di waktu yang telah ditentukan. Anak-anak gimbal juga akan bertingkah tidak seperti anak seumurannya karena sering menyendiri.

Masyarakat setempat percaya bahwa saat anak tersebut menyendiri adalah tengah bercengkrama dengan teman gaibnya. Mereka tidak berani melanggar pantangan-pantangan menyangkut mitos anak gimbal ini. Jika dilanggar, nekat dipotong sendiri tanpa melalui ritual upacara, maka akan mengakibatkan si anak sakit dan rambut pun kembali gimbal.

Ritual pemotongan rambut gimbal ini dikenal dengan ‘ruwatan gembel’ dan membutuhkan biaya yang cukup besar serta dilakukan secara kolektif sesama anak yang rambutnya gimbal.

Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan dengan selamat dan lancar.

Malam harinya akan dilanjutkan upacara Jamasan Pusaka yakni pencucian pusaka yang dibawa saat kirab anak-anak rambut gimbal untuk dicukur. Keesokan harinya baru dilakukan kirab disertai atraksi kesenian setempat menuju rumah sesepuh pemangku adat atau dukun cukur dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco.

Baca Juga: Lagu ‘Sanes’ Guyon Waton Feat Denny Caknan Trending di You Tube, Berikut Liriknya 

Proses pemotongan rambut anak gimbal berlangsung sekitar 30 menit bertempat di depan Candi Arjuna. Sebelum rambutnya dipotong anak-anak gimbal dimandikan terlebih dahulu. Dilakukan oleh tokoh masyarakat didampingi pemandu dan pemangku adat.

Saat upacara ruwatan gimbal ini dipersembahkan sesajen berupa kepala ayam, tempe gembus, kambing etawa, marmut, dan sesajen hasil bumi Dataran Tinggi Dieng.

Ruwatan diakhiri dengan pelarungan potongan rambut gimbal ke sungai. Menyimbolkan pengembalian bala atau kesialan yang dibawa si anak kepada para dewa.

Ada kepercayaan kejawen yang dianut masyarakat Dieng meyakini bahwa anak-anak gimbal ini ditunggui jin dan pemotongan rambut tersebut akan mengusir jin keluar dari tubuhnya. Sehingga segala bala akan hilang dan rezeki pun datang melimpah.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: dpad.jogjaprov.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x