Menerawang Khazanah Pengobatan Tradisional Jawa di Pegunungan Batu Seribu Sukoharjo

2 Maret 2023, 05:42 WIB
Batu Seribu obyek wisata alam di Kabupaten Sukoharjo /Dok SMSolo/

PORTAL JOGJA - Batu Seribu merupakan obyek wisata alam pegunungan yang masih alami terletak di Desa Gentan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Menurut sejarah terciptanya objek wisata Batu Seribu berawal dari sumber air yang berada di Pegunungan Batu Seribu. Airnya tidak pernah kering meskipun musim kemarau sekalipun. Lalu banyak orang berdatangan ke lokasi sumber air itu. Kemudian dinamakan Umbul Pacingan berdasarka cerita legenda setempat.

Lokasi wisata Batu Seribu terdapat 3 kolam renang. Dua untuk remaja dan dewasa. Satu khusus anak yang masih di bawah umur 7 tahun. Sumber air ketiga kolam tersebut berasal dari umbul Pacingan itu.

 Baca Juga: Rubicon Viral Usai Kasus Mario Dandy, Yuk Cek Fakta Mobil Ini

Masyarakat Jawa ahli dalam ilmu botani apabila disebutkan tanaman pacing. Pacing adalah jenis tumbuhan bersuku temu-temuan. Sekeluarga dengan temulawak, kunir, jahe dan sejenisnya. Orang Jawa menyebutnya empon-empon. Sedangkan nama latinnya adalah zingiberaceae.

Sebagaimana empon-empon lainnya, pacing menjadi tumbuhan obat yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit. Hampir semua bagian tumbuhan pacing membawa indikasi kegunaan masing-masing. Bagian rimpangnya dapat digunakan sebagai obat luar dan obat dalam untuk luka gigitan ular.

Daunnya yang masih muda dapat digunakan untuk menyuburkan rambut. Umbinya dapat digunakan untuk mengobati perut busung dan infeksi saluran kencing. Secara keseluruhan pacing membawa manfaat farmakologis sebagai peluruh air kemih, antitoksin, menghilangkan gatal-gatal, dan peluruh keringat.

Manfaat menghilangkan gatal-gatal inilah yang membawa kisah asal mula penamaan Umbul Pacingan di Pegunungan Batu Seribu.

Dikisahkan bahwa dahulu ada sepasang suami istri Penduduk Desa Gentan yang bernama Ki Gathok dan Nyi Lanjar. Suatu hari Ki Gathok pamit mencari kayu bakar di hutan. Dia menemukan sebutir telur. Dibakar lalu dimakan. Seketika gatal menjalar ke seluruh tubuh.

Melihat di sekitarnya ada tumbuhan pacing yang bisa mengobati gatal lantas mencabutnya. Tak dinyana tanah bekas tanaman pacing yang dicabut tadi mengeluarkan air sangat deras sampai menenggelamkan Ki Gathok yang akhirnya meninggal. Nyi Lanjar menjadi bingung mengharapkan suaminya yang tak kunjung pulang.

Kemudian menyusul dan menemukan sisa telur bakar. Nyi Lanjar langsung menduga bahwa telur bakar tersebut adalah sisa yang dimakan oleh suaminya. Ia pun memakannya dan reaksinya pun sama. Gatal dan panas. Melihat genangan air. Dia pun menceburkan diri. Ketemu dengan sang suami di alam keabadian.

Mengenang kisah suami istri tersebut di selatan kolam renang dibangun dua makam sebagai representasi makam Ki Gathok dan Nyi Lanjar. Karena memang sebuah diksi kisah sebab tidak ada referensi tertulis yang shahih. Hanya folklor yaitu cerita yang dituturkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Namun, itulah hebatnya orang Jawa bahwa kisah yang bersifat folklor atau tutur adalah bagian dari kearifan Jawa untuk nasehat generasi berikutnya. Dalam kisah umbul pacing ada pesan kesetiaan dan kegunaan tumbuhan pacing.

Orang Jawa sudah sejak dulu mengenal tanaman obat. Manjur untuk mengobati berbagai penyakit. Dalam catatan Raffles saat dokter barat sudah mulai banyak di Indonesia.

Ketika Raffles memerintah Pulau Jawa ditemukan hegemoni pengobatan Jawa yang dilakukan oleh para dukun. Karena cukup establish membuat dokter dari barat kewalahan bersaing.

Hingga akhirnya Raffles membuat strategi bias kognitif pada profesi dukun. Dukun diasosiasikan negatif yang bersekutu dengan makhluk halus saat menerapi atau mengobati pasien. Padahal tidak demikian karena dukun sangat paham betul tentang penyakit dan obatnya. Obatnya berasal dari berbagai tumbuhan yang ada disekitarnya. Tumbuhan yang mempunyai khasiat untuk pengobatan.

Tidak ada literasi khusus tentang pengobatan Jawa secara komprehensif. Ini memang kelemahan orang Jawa. Lebih suka bertutur. Tak ditulis. Padahal kapasitas otak terbatas untuk menghafal. Belum lagi lahan terus berkurang untuk memenuhi kebutuhan papan. Ketersediaan tumbuhan obat menjadi menipis. Lengkap sudah deritanya. Pengetahuan tanaman obat kian minim. Lahan untuk menanam tanaman obat makin berkurang.

Baca Juga: Produksi Cabai di Sleman Sampai Bulan Puasa dan Idul Fitri Diperkirakan Sebesar 350 Ton 

Pemerintah Orde Baru pernah menggalakkan program tanaman obat untuk keluarga yang disingkat Toga. Pemerintah Orba membagikan buku kecil yang berisi daftar tanaman obat yang harus ditanam di setiap rumah tangga beserta khasiatnya.

Dari Umbul Pacingan Pegunungan Batu Seribu ada kesadaran baru yang bisa dimunculkan. Orang Jawa itu hebat dalam menapaki kehidupannya. Holistik dan menyeluruh.

Termasuk khazanah pengobatan yang wajib dilestarikan. Karena belajar tentang pengobatan Jawa tak ada ruginya. Setidaknya bisa memanfaatkan tanaman empon-empon untuk kesehatan jika dikonsumsi secara rutin. Segi ekonomi pun bisa didapat jika dimanfaatkan sebagai mata pencarian.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Sukoharjokab.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler