Network
PORTAL JOGJA - Situasi politik Ukraina negara bekas pecahan Uni Soviet masih panas terutama dalam hubungan dengan Rusia.
Meski dikabarkan Rusia telah menarik ribuan pasukan militer yang mengepung perbatasan Ukraina, negara Barat atau NATO belum percaya.
Konflik memanas Rusia dengan Ukraina timbul karena Kremlin tak ingin Ukraina masuk blok NATO.
Sementara itu di dalam negeri Ukraina juga menghadapi kelompok pemberontak atau separatis yang didukung Rusia.
Pemimpin separatis pro-Rusia di Ukraina timur menyatakan mobilisasi militer penuh setelah memerintahkan evakuasi kaum perempuan dan anak-anak ke Rusia selatan terkait adanya ancaman konflik.
Baca Juga: AS Ragukan Rusia Tarik Pasukan Militer di Perbatasan Ukraina, Ini Jawaban Kremlin
Kepala Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin, lewat pernyataan video mengatakan bahwa dirinya telah menandatangani sebuah dekrit tentang mobilisasi dan meminta para pria "yang bisa mengangkat senjata mereka di tangan" untuk datang ke komisariat militer.
Tak lama setelah itu, pemimpin separatis lainnya Leonid Pasechnik menandatangani dekrit yang sama untuk Republik Rakyat Luhansk.
Otoritas separatis pada Jumat mengumumkan sejumlah rencana untuk mengevakuasi sekitar 700.000 orang, lantaran khawatir dengan serangan tiba-tiba dari pasukan Ukraina. Namun tudingan yang ditolak mentah-mentah oleh Kiev.
Kurang dari 7.000 orang sudah dievakuasi dari Donetsk, menurut kementerian kedaruratan.
