Setidaknya 1,35 juta orang Madagaskar membutuhkan bantuan pangan di wilayah tersebut.
Sayangnya badan PBB, WFP hanya mampu menjangkau separuhnya akibat kendala keuangan.
Saat ini WFP telah meminta U$ 75 juta atau sekitar Rp1 triliun untuk menutupi kondisi darurat, setidaknya sampai September 2021.
“Kami membutuhkan sumber daya. Kita perlu mengubah sumber daya menjadi makanan,” ujar Shelley Thakral, juru bicara WFP kepada Al Jazeera dan dikutip Portaljogja.com.
“Dunia benar-benar menderita Covid-19, tapi saya pikir efek domino ada di Madagaskar. Di mana badai pasir telah menyelimuti panen, mereka tidak memiliki curah hujan yang layak selama bertahun-tahun dan ini akan berdampak besar pada tahun 2021 pada anak-anak, ibu, keluarga, dan seterusnya,” ujar Thakral.
“Kami telah melihat gambar tulang rusuk anak kecil yang menonjol dari kulit ke tulang. Anak-anak yang, jika Anda melihatnya, Anda akan mengira bahwa mereka mungkin berusia dua, tiga tahun, dan mungkin bukan 10 tahun. Benar-benar mengkhawatirkan,” kata Thakral.
Untuk bertahan hidup, masyarakat Madagaskar kini memakan apa saja yang mereka temukan, termasuk belalang dan daun-daunan liar. Situasi kelaparan ini menyebabkan malnutrisi, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun.***