Sampai Makan Belalang dan Daun! Madagaskar Dilanda Kelaparan, WFP Peringatkan Kemungkinan Darurat Pangan!

- 1 Mei 2021, 12:13 WIB
Petugas dari WFP mendata masyarakat Madagaskar yang menderita kelaparan akibat kekeringan panjang selama lima tahun dan badai pasir yang menghancurkan hasil panen mereka
Petugas dari WFP mendata masyarakat Madagaskar yang menderita kelaparan akibat kekeringan panjang selama lima tahun dan badai pasir yang menghancurkan hasil panen mereka /Twitter WFP_Media/

PORTAL JOGJA - World Food Programme (WFP) atau program pangan dunia memperingatkan adanya kemungkinan darurat pangan yang akan menimpa Madagaskar, negara pulau yang terletak dekat benua Afrika.

“Orang-orang harus mengambil langkah-langkah untuk bertahan hidup, seperti makan belalang, buah kaktus merah mentah atau daun liar,” ujar Amer Daoudi, direktur senior WFP Global kemarin, Jumat 30 April 2021.

Madagaskar atau yang kadang disebut Malagasy diterpa bencana alam berupa kekeringan yang menimpa pulau terbesar keempat di dunia itu dan badai pasir yang merusak panen warga.

Baca Juga: Muslim di India Kekurangan Lahan Pemakaman, Penggali Kubur Bekerja 24 Jam!

Ini menyebabkan hilangnya sumber makanan secara total dan menciptakan darurat nutrisi yang menyeluruh di Madagaskar bagian Selatan.

Orang-orang di Madagaskar bagian selatan telah mengkonsumsi daun liar dan belalang untuk mencegah kelaparan.

“Orang-orang harus mengambil langkah-langkah untuk bertahan hidup, seperti makan belalang, buah kaktus merah mentah atau daun liar,” ujar Daoudi melalui video yang diunggah UN Geneva pada akun Twitter resmi PBB.

Baca Juga: Seorang Wanita Pasien Covid-19 di India Meninggal Setelah Tabung Oksigennya Diduga Diambil Polisi

“Saya menyaksikan gambaran mengerikan dari anak-anak yang kelaparan, kekurangan gizi. Dan tidak hanya anak-anak, tapi ibu, orang tua dan penduduk di desa-desa yang kami kunjungi,” kata Daoudi yang secara langsung mengunjungi desa-desa di selatan Madagascar untuk memantau hal ini.

Kekeringan dan badai pasir yang menghancurkan panen benar-benar menyebabkan anak-anak yang berusia di bawah lima tahun terancam mengalami malnutrisi yang mengkhawatirkan.

“Mereka berada di ambang kelaparan. Ini adalah gambar yang sudah lama tidak saya lihat di seluruh dunia,” ujar Daoudi yang berada di Antananarivo, ibukota Madagaskar.

“Kelaparan membayangi Madagaskar selatan karena masyarakat menyaksikan hampir hilangnya sumber makanan secara total yang telah menciptakan keadaan darurat nutrisi yang parah,” kata Daoudi.

Madagaskar adalah salah satu negara termiskin di Afrika. Kurangnya layanan dasar, mulai dari kesehatan dan pendidikan hingga kesempatan kerja, serta kemiskinan dan perubahan iklim, telah menyebabkan masa depan 26 juta penduduknya terancam. Apalagi setelah bencana alam melanda.

Menurut WFP dalam lima tahun terakhir angka panen yang di harapkan hanya dapat terpenuhi 40 persen

WFP mengatakan panen diharapkan hanya mencapai 40 persen, di bawah rata-rata panen selama lima tahun belakangan.

Malnutrisi pada balita meningkat hampir dua kali lipat menjadi 16 persen, dari sembilan persen dalam empat bulan, dari Desember 2020 hingga Maret 2021.

Selama lima tahun belakangan Madagaskar yang lebih memiliki kedekatan dengan masyarakat di benua Asia daripada benua Afrika ini dilanda kekeringan.

Hujan yang datang terlambat ditambah badai pasir yang menerjang membuat kondisi negara ini semakin susah.

Beberapa daerah melaporkan bahwa satu dari empat balita menderita kekurangan gizi akut.

Setidaknya 1,35 juta orang Madagaskar membutuhkan bantuan pangan di wilayah tersebut.

Sayangnya badan PBB, WFP hanya mampu menjangkau separuhnya akibat kendala keuangan.

Saat ini WFP telah meminta U$ 75 juta atau sekitar Rp1 triliun untuk menutupi kondisi darurat, setidaknya sampai September 2021.

“Kami membutuhkan sumber daya. Kita perlu mengubah sumber daya menjadi makanan,” ujar Shelley Thakral, juru bicara WFP kepada Al Jazeera dan dikutip Portaljogja.com.

“Dunia benar-benar menderita Covid-19, tapi saya pikir efek domino ada di Madagaskar. Di mana badai pasir telah menyelimuti panen, mereka tidak memiliki curah hujan yang layak selama bertahun-tahun dan ini akan berdampak besar pada tahun 2021 pada anak-anak, ibu, keluarga, dan seterusnya,” ujar Thakral.

“Kami telah melihat gambar tulang rusuk anak kecil yang menonjol dari kulit ke tulang. Anak-anak yang, jika Anda melihatnya, Anda akan mengira bahwa mereka mungkin berusia dua, tiga tahun, dan mungkin bukan 10 tahun. Benar-benar mengkhawatirkan,” kata Thakral.

Untuk bertahan hidup, masyarakat Madagaskar kini memakan apa saja yang mereka temukan, termasuk belalang dan daun-daunan liar. Situasi kelaparan ini menyebabkan malnutrisi, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x