PORTAL JOGJA – Di tengah protes kekerasan anti Prancis di seluruh Pakistan, Pemerintah Prancis meminta semua warganya yang berada di Pakistan agar segera meninggalkan negara tersebut.
Dilansir dari France 24, Kedutaan Prancis di Pakistan memperingatkan ancaman serius terhadap kepentingan Prancis di Pakistan. Dua polisi dilaporkan tewas dalam bentrokan dengan penunjuk rasa dalam aksi protes yang meningkat secara nasional.
Aksi protes di Pakistan itu diduga dipicu atas sikap Prancis yang membela kebebesan berekspresi setelah pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad selama diskusi di kelas pada bulan Oktober tahun lalu.
Baca Juga: Empat Anak Pangeran Philip Akan Berjalan Mengiringi Peti Jenazah Saat Pemakaman
Baca Juga: Navalny Musuh Nomer Satu Presiden Rusia Putin, Melawan Karena Dilarang Baca Alquran di Penjara
Hal itulah yang memicu kemarahan negara-negara muslim di dunia, termasuk Pakistan. Penggambaran Nabi Muhammad secara luas dianggap tabu dalam Islam. Pakistan pun bereaksi dengan menyerukan untuk memboikot barang-barang Prancis.
Dalam minggu ini aksi protes mengalami peningkatan menyusul penangkapan Saad Hussain Rizvi yang merupakan pemimpin partai politik garis keras Tehreek-e-Labaik Pakistan (TLP), yang menyerukan pengusiran duta besar Prancis.
Penangkapan Rizvi dan pelarangan TLP membuat ribuan pendukung partai berdemontrasi turun ke jalan. Polisi dikabarkan menembakkan peluru karet, gas air mata, dan meriam air ke arah massa.
TLP sebelumnya telah mengumpulkan banyak orang untuk memprotes masalah penistaan agama. Di bawah hukum Pakistan, mereka yang dinyatakan bersalah menghina Nabi Muhammad dapat menghadapi hukuman mati.
Baca Juga: 100 Hari Jelang Olimpiade Tokyo 2021, 70% Warga Jepang Tidak Ingin Perhelatan Dilanjutkan