Barat Sebut Rusia Lakukan Invasi Militer ke Ukraina, Ini Bukti dan Alasan Putin Bagaimana?

26 Februari 2022, 15:59 WIB
Tank Rusia memasuki Ibu Kota Kyiv. Perang Rusia-Ukraina, Otoritas Chernobyl Laporkan Tingkat Radiasi Rektor Nuklir Naik /Reuters/

PORTAL JOGJA - Konflik antara Rusia dengan Ukraina berakhir denga terjadinya perang sejak 24 Februari 2022.

Rusia menyerang Ukaina setelah Presiden Vladimir Putin memberikan pidato sambutan pengakuan kedaualatn dua wilayah di Ukraina yang memisahkan diri.

Kelompok separatis dukungan Rusia ini mendeklarasikan Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk yang berada di bagian timur negara pecahan Uni Soviet itu.

Serangan Rusia ke Ukraina menyasar sejumlah fasilitas vital negara itu. Namun serangan udara menggunakan rudal dan pesawat tempur itu juga menyasar pemukiman warga. Ada banyak warga sipil yang jadi korban jiwa.

Baca Juga: UNHCR Menyebut 100 Ribu Warga Ukraina Telah Mengungsi Meninggalkan Negaranya

Bahkan tentara Rusia juga telah memasuki wilayah Reaktor Nuklir Chernobyl yang sejak lama dikosongkan.

Rusia membantah kalau pihaknya melakukan invasi militer dengan alasan menyelamatkan warga Rusia di Ukraina dari genosida.

Sebaliknya banyak negara terutama Barat yang menyebutkan bahwa serangan Rusia merupakan invasi militer ke Ukraina.

Bagaimana pendapat dari China? Sementara saat ini dua petinggi China, Presiden Xi Jinping dan Presiden Rusia hingga menteri luar negeri sudah saling komunikasi melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cint 26 Februari 2022: Gara-gara Reyna Hilang, Nino Dapat Angin Rebut Hak Asuh Anak

Tindakan Rusia menyerang Ukraina dari darat, laut dan udara itu mengakibatkan sejumlah fasilitas vital

Rusia mulai menyerang pelabuhan, bandara Hostomel di barat laut Kiev hingga masuk melalui perbatasan-perbatasan.

Serangan militer yang dilakukan Rusia membuat banyak negara yang mengecam tindakan Putin tersebut sebagai aksi invasi ke Ukraina.

Beberapa negara Barat seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat memberikan sanksi kepada Rusia agar segera menghentikan serangan tersebut. Namun hingga hari ketiga ini belum ada tanda-tanda berhenti.

Presiden Ukraina Zelenskiy juga menjadi target utama Rusia.

Jatihanya bandara Hostomel sekitar 100 km dari Kiev ini ke tangan Rusia dengan tujuan agar memudahkan mobilitas pasukan serta menghambat bantuan NATO melalui udar.

Baca Juga: Banjir Besar Terjang Australia Bagian Timur, Empat Orang Meninggal dan Dua Dinyatakan Hilang

Demikian pula wilayah pelabuhan juga untuk menghambat masuknya pasokan senjat dan pasukan asing ke Ukraina seperti yang disiapkan NATO di sejumlah negara terdekat seperti di Lithuania.

Selama pemerintahan Presiden Zelenskiy, Ukraina telah condong ke NATO dan meminta agar bisa masuk anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Hal itulah yang ditentang Rusia dengan sekuat tenaga agar Rusia tak mask blok NATO.

Peranan Amerika Serikat di Ukraina cukup besar terkait sejumlah perusahaan besar bidang pertambangan.

Baca Juga: Fuji Unggah Foto Kenangan Tahun Lalu, Terungkap Keinginan Bibi yang Tak Tersampai

Amerika Serikat sudah lama memberikan bantuan persenjataan ke Ukraina. Karena itu Zelenskiy berharapbesar NATO segera membatu.

Tak hanya itu, Uni Eropa juga telah merencakan untuk menghentikan segala penjualan kebutuhan pesawat ke Rusia.

Namun Rusia tak gentar menghadapi ancaman sanksi itu karena merasa d atas angin. Sebab pasokan minyak dan gas alam di Eropa sebagian besar dari Rusia melalui pipa gas di jalur Ukraina.

Perlu diketahui bahwa tiga perempat armada komersial Rusia saat ini bergantung kepada pesawat buatan Uni Eropa.

Namun terkait hal ini, China memilih bungkam untuk menjelaskan bahwa penyerangan tersebut disebut dengan invasi.

Bahkan hal ini membuatnya lebih bungkam, saat beberapa wartawan mempertanyakan hal ini secara terus menurus kepada dirinya.

Baca Juga: Haji Faisal dan Keluarga Ziarah Peringati Ulang Tahun Bibi Ardiansyah, Thariq Halilintar Tak Mau Ketinggalan

Namun ia hanya menjelaskan bahwa “AS telah menyalakan api, mengipasi api, bagaimana mereka ingin memadamkan api”.

Diketahui sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menginformasikan secara umum bahwa mereka akan melakukan operasi militer ke Ukraina.

Selang beberapa jam, terdapat berbagai kabar bahwa serangan tersebut telah dilakukan dan terjadinya ledakan di bandara utama Ukraina.

Hal ini akkhirnya membuat pemerintah Ukraina memutuskan untuk menutup bandara-bandara dan menghentikan segala aktivitas penerbangan.

Dengan tujuan untuk menghindari berbagai risiko besar yang nantinya bisa saja terjadi.

Sementara itu Sekjen PBB Antonio Guterres meminta Presiden Putin menarik pasukan dan mengehntikan invasi militer ke Ukraina.

Baca Juga: Bangun Industri Pangan Berbasis Pertanian Modern di Sleman dengan Petani Milenial

Alasan Rusia soal ancaman genosida di Ukraina juga dibantah Guterres bahwa hal itu tidak ada.

Guterres mengetuk hati Putin atas nama kemanusian untuk menentikan invasi militer ke Ukraina.

Perang masih berlangsung dan tanda-tanda konflik bersenjata ini belum berakhir. Sementara rakyat Ukraina terutama yang ada di Kiev dan kota-kota lainnya bersembunyi di terowongan kereta api bawah tanah sebagai tempat berlindung.

Sebab rudal jarak jauh dan sedang sudah menyasar ke pemukima warga hingga mengakibatkan kerusakan.***

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler