Politisasi Bansos dan Kemenangan Prabowo-Gibran Berkorelasi dengan Bansos, Tidak Terbukti

- 7 April 2024, 22:30 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan), Menteri Sosial Tri Rismaharini (kanan) bersiap mengikuti sidang lanjutan sengketa hasil Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat  5 April 2024.
Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kanan), Menteri Sosial Tri Rismaharini (kanan) bersiap mengikuti sidang lanjutan sengketa hasil Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat 5 April 2024. /ANTARA FOTO/Galih Pradipta/a/ANTARA FOTO

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari memberi keterangan lebih lanjut mengenai bansos tidak punya korelasi untuk kemenangan Prabowo-Gibran. Menurutnya, masyarakat mempunyai kecenderungan untuk memilih calon presiden berdasarkan kualitas kepemimpinan tertentu

Jadi alasan masyarakat memilih capres karena punya kualitas tertentu. Hal serupa juga berlaku pada politik uang atau serangan fajar, sehingga tidak ada jaminan antara pemberian money politic dengan memilih kandidat apalagi itu pemberian bantuan sosial atau perlindungan sosial," ujar Qodari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta pada Sabtu 6 April 2024.

Pada tahun ini kualitas tertentu yang masuk dalam kualifikasi tegas, lebih banyak dipilih dibandingkan dengan Ganjar yang dianggap merakyat atau Anies yang dinilai pintar. Hal itu menurut dia karena proporsi pemilih yang menginginkan pemimpin tegas lebih besar dari pada aspek lainnya.

Baca Juga: Menko PMK dan Menko Perekonomian Sebut Hal Terkait Kunker dan Bansos dalam Sidang Lanjutan PHPU

"Tahun ini kalau survei Indo Barometer paling tinggi adalah orangnya tegas,” kata sosok yang sering disapa sebagai Mr. Q ini.

Ia lalu menerangkan kecenderungan kualitas yang dipilih pada Pilpres tahun 2014 dan 2019. Ada catatan untuk pola pilihan pada Pilpres 2019 yang ternyata juga mempunyai pola yang sama dengan 2014, dengan penambahan satu variabel lagi yaitu kerja nyata dan itu mengarah kepada Jokowi.

“Kenapa calon A menang dibandingkan dengan calon B? Karena yang mau kualifikasi A mungkin proporsinya lebih besar daripada kualifikasi B, saya ingat tahun 2014 yang menang Pak Jokowi, karena yang mau presiden merakyat lebih tinggi dari pada yang mau presiden tegas,” ujar lelaki kelahiran Palembang 50 tahun yang lalu itu.

Qodari juga mencuplik tiga data yang memperlihatkan bahwa bansos bukan faktor utama pemilihan masyarakat kepada calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam Pilpres 2024.

Baca Juga: Tuduhan Politisasi Bansos akan Sulit Dibuktikan di Sidang Mahkamah Konstotusi

Pertama dari data exit poll yang dilakukan Litbang Kompas pada 14 Februari 2024. Diketahui bahwa yang ditawari dan menerima bansos di antara tiga kelompok pemilih proporsinya sama yaitu 15-16 persen, namun ini tidak mempengaruhi elektabilitas capres-cawapres.

Halaman:

Editor: Siti Baruni

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah