Pakar UGM Ungkap Soal Gunung Semeru di Lumajang Meletus, Ini Penjelasannya

- 6 Desember 2021, 23:47 WIB
Pakar UGM Ungkap Soal Gunung Semeru Meletus, Ini Penjelasannya. Ade Anggraini pakar Seismologi UGM menambahkan data kegempaan tersebut sudah bisa menjadi tanda-tanda akan terjadinya erupsi Gunung Semeru.
Pakar UGM Ungkap Soal Gunung Semeru Meletus, Ini Penjelasannya. Ade Anggraini pakar Seismologi UGM menambahkan data kegempaan tersebut sudah bisa menjadi tanda-tanda akan terjadinya erupsi Gunung Semeru. /Humas GM

PORTAL JOGJA - Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi pada hari Sabtu 4 Desember 2021 lalu. Sejumlah pakar Geofisika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan penjelasan terkait erupsi yang memakan jiwa hingga korban luka-luka.

Sebelum meletus, gunung Semeru ternyata telah mengirim tanda bahaya.

"Sejak 90 hari terakhir ada peningkatan kegempaan, itu kurang lebih rata-rata di atas 50 kali per hari. Bahkan ada yang sampai mencapai 100 kali per hari. Ini sebenarnya tanda-tanda, bisa dijadikan prekursor akan terjadinya erupsi yang lebih besar," kata pakar vulkanologi UGM Dr Wahyudi, saat konferensi pers terkait erupsi Gunung Semeru di Auditorium FMIPA, Senin, 6 Desember 2021.

Menurut Wahyudi Gunung Semeru sebenarnya cukup lama diam setelah statusnya dinaikkan ke level II atau Waspada pada tahun 2012. Delapan tahun kemudian atau tepatnya September 2020, Gunung Semeru baru mengalami peningkatan aktivitas vulkanis lagi.

Baca Juga: BPBD Lumajang Catat 2.970 Rumah Rusak Berat Hingga Ringan Tterdampak Awan Panas Guguran Gunung Semeru

Ia mengatakan hal itu ditandai dengan munculnya kepulan asap putih dan abu-abu setinggi 200 hingga 700 meter di puncak gunung. Kemudian pada 1 Desember 2020 terjadi guguran awan panas sejauh 11 kilometer dari puncak gunung Semeru menuju arah Besuk Kobokan.

"Jadi selama 2012 hingga 2020, 8 tahun kurang lebih, ini sebenarnya suatu masa yang cukup lama untuk suatu gunung api yang aktif untuk beristirahat, ini justru yang harus kita waspadai, karena gunung api yang aktif itu ketika dia tidak aktif justru sebenarnya adalah fasenya mengumpulkan energi," katanya.

Menurutnya pada September 2020 mulai teramati aktivitas berupa kepulan asap putih dan abu-abu setinggi 200-700 meter di puncak Semeru. Pada 1 Desember 2020 terjadi awan panas sepanjang 2-11 kilometer ke arah Kobokan di lereng tenggara.

Ade Anggraini pakar Seismologi UGM menambahkan data kegempaan tersebut sudah bisa menjadi tanda-tanda akan terjadinya erupsi Gunung Semeru.

Baca Juga: Kode Redeem FF 7 Desember 2021 Bocoran Terbaru, Raih Diamond Skin Permanen SG Emas dari Garena Gratis

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x