Network
PORTAL JOGJA – Besok Selasa 22 Desember 2020 adalah peringatan Hari Ibu. Saat Hari Ibu diperingati pada tanggal 22 Desember, tidak sedikit yang mengucapkan selamat pada ibunya masing-masing. Ada yang memberikan bunga, kado, puisi dan banyak lagi contoh lainnya.
Peringatan Hari Ibu sering dimaknai oleh masyarakat sebagai mother’s day. Padahal, sejarahnya bukan seperti itu. Peringatan Hari Ibu hadir melalui keputusan Kongres Perempoean Indonesia III di Bandung pada 22 Desember 1938.
Pada tanggal tersebut para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia.
Baca Juga: Resmikan Pelabuhan Patimban Subang, Jokowi Minta Bisa Dukung Eskpor UMKM dan Pertanian
Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama tahun 1928 di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta.
Namun belakangan, pergeseran makna pun terjadi. Tentu saja hal itu menjadi keprihatinan banyak pihak, termasuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Wakil Ketua Panitia Umum Peringatan Hari Ibu Ke-92 Kementerian PPPA Titi Eko Rahayu dalam rilisnya beberapa waktu lalu mengungkapkan pentingnya mengembalikan makna sesungguhnya.
Baca Juga: Namanya Disebut dalam Kasus Dugaan Korupsi Bansos, Gibran: Ya Tangkap Aja Kalau Salah
“Peringatan Hari Ibu tahun ini memaknai kembali semangat para perempuan untuk mengambil peran mengisi pembangunan dengan melakukan aksi solidaritas merespon pandemi Covid-19,” ujar Titi.
Puncak Peringatan Hari Ibu ke-92 tahun ini akan dilaksanakan pada 22 Desember 2020 dengan mengusung konsep acara secara online dan offline dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
