Melihat Barak Pengungsi di Magelang dengan Bilik, Satu Keluarga Satu Bilik Sesuai Protokol Covid-19

8 November 2020, 07:15 WIB
Warga berada di pengungsian Balai Desa Deyangan, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Sabtu (7/11/2020). Sejak meningkatnya status Gunung Merapi menjadi siaga pada Jumat (6/11) sebanyak 126 warga dari kelompok rentan lereng Gunung Merapi sisi barat mengungsi di Balai Desa Deyangan. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp. /Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto

PORTAL JOGJA - Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) naik menjadi Siaga (level III). BPPTKG Yogyakarta menaikkan status dari Wwaspada (level II) menjadi siaga (level III) sejak Kamis (5/11/2020).

Kenaikan status Merapi karena aktivitas yang terus meningkat berdasarkan laporan dari pos-pos pengamatan dan alat ukur yang ada di sekitar gunung.

Kegempaan meningkat dan badan gunung mengalami deformasi atau pemendekan ketika diukur menggunakan EDM. Setiap hari diperkiarakan memendek 9 cm/hari.

Baca Juga: Merapi Siaga, 133 Warga Kabupaten Sleman Dievakuasi ke Barak Pengungsian

Baca Juga: Gunung Merapi Siaga, Magelang Mengungsikan Warga Dengan Konsep Desa Bersaudara, Seperti Apa Itu?

Ratusan pengungsi di Kabupaten Magelang sudah menempati barak pengungsi. Tiga desa itu adalah Desa Paten, Krinjing dan Desa Ngargomulyo . Mereka sudah diungsikan di barak yang telah ditentukan oleh BPBD Kabupaten Magelang.

Barak pengungsian ini dibuat sesuai standar protokol kesehatan. Seperti apa barak pengungsian yang menggunakan sekat-sekat atau bilik tersebut.

Barak pengungsian ini menempati gedung Balai Desa Deyangan dan Banyurojo Kecamatan Mertoyudan. Gedung ini dulu saat erupsi Merapi 2010 juga dipakai untuk menampung pengungsi dari warga Desa Sawangan.

Kini gedung itu dipakai lagi. Hanya saja ruangan serbaguna tidak dibiarkan terbuka untuk menampung ratusan pengungsi. Namun saat ini dibuat sekat-sekat atau bilik. Penyekat menggunakan kayu lapis setinggi 1,5 meter.

Baca Juga: Joe Biden Yajin akan Memenangkan Kursi Presiden Amerika Serikat, Trump Belum Menyerah

Bilik-bilik seluas 2,5 meter persegi itu ditempati keluarga yang punya lansia, ibu hamil, balita, anak-anak dan penyandang disabilitas.

Di Desa Deyangan untuk menampung warga Dusun Trono Desa Krinjing, Pugeran dan Trayem. Sementara pengungsi di Desa Banyurojo adalah warga Dusun Babadan, Paten Kecamatan Dukun. Mereka semua itu warga yang tinggal di dekat puncak Merapi.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memuji desain bilik penyekat untuk pengungsi tersebut. Hal itu disampaikan saat mengungsi barang pengungsi di Magelang hari Jumat (7/11/2020) kemarin.

Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto, Sabtu (7/11/2020) mengatakan barak ini sudah sesuai standar protokol kesehatan ada tempat cuci tangan, handsanitizer dan kami siapkan masker serta sudah dilakukan rapid tes.

Baca Juga: Update Aktivitas Merapi Terkini Sabtu 7 November 2020, Puncak Merapi Tertutup Kabut

Edy mengatakan warga mengungsi secara bertahap. Kelompok pengungsi pertama dilakukan kelompok usia rentan yakni anak-anak, ibu hamil, lansia, orang sakit, dan difabel.

"Dari Krinjing, Dusun Trono ada 50 orang, Trayem ada 50 orang dan Pugeran 60 orang. Mereka mengungsi dengan kendaraan mereka sendiri yang dikawal dengan ambulans. Dari Krinjing ini menuju Desa Deyangan," katanya.

Sementara itu salah satu pengungsi Samini,50, mengatakan merasa nyaman dengan kondisi pengungsian yang disiapkan. Sebab, semua pengungsi bersama keluarga masing-masing.

"Nyaman teng mriki, soale dipisah-pisah, saya sama cucu. Kalau anak saya tetap jaga di desa, tapi siang menengok ke sini," katanya.

Baca Juga: PP Muhammadiyah Turut Respon Kenaikan Status Merapi, Sejumlah Relawan dan Panti Asuhan Disiagakan

Edy menambahkan semua aparat dan BPBD dan perangkat desa tetap memntau dan melakukan patroli di semua desa yang ditinggal warga mengungsi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah keamaan. *

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler