Mengenal Profesi Konservator, Dokternya Koleksi Museum

- 16 Maret 2023, 05:20 WIB
 Konservator bernama Farah Dhita ini sedang melakukan kegiatan bersih-bersih koleksi naskah lama yang tersimpan di Perpustakaan Museum Nasional Indonesia Jakarta.
Konservator bernama Farah Dhita ini sedang melakukan kegiatan bersih-bersih koleksi naskah lama yang tersimpan di Perpustakaan Museum Nasional Indonesia Jakarta. /museumnasional.or.id /

Misalnya pada 2016, Museum Nasional dan Coll Asia mengundang Dr. Dinah Eastop, konsultan dalam bidang Kajian Konservasi dan Kebudayaan Materi dan pengajar tamu di Institut Arkeologi, University College London, Inggris. Dalam seminar bertema Conservation and Use of Collections tersebut, bertujuan meningkatkan kemampuan SDM di bidang pelestarian koleksi/benda budaya, sehingga peserta seminar dari program Coll Asia dan praktisi museum dari berbagai negara, seperti Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Nepal, dan Indonesia dapat bertukar informasi terkait konservasi koleksi museum.

Dalam pekerjaan konservasi dilakukan pengecekan dan pengendalian lingkungan, baik dalam lingkungan makro (area seluruh gedung museum) maupun lingkungan mikro (area dalam vitrin dan lemari pameran). Pengukuran suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya di ruang pamer maupun storage selalu dilakukan secara rutin.

Jika masing-masing ukuran komponen tersebut melebihi standar, maka harus dilakukan rekayasa pengendalian lingkungan. Kelebihan kadar air relatif di udara (kelembaban) diturunkan dengan menggunakan dehumidifier dan silica gel agar koleksi dari kayu, tekstil, dan kertas tidak terserang jamur. Intensitas pencahayaan di ruang pamer yang terlalu tinggi (lebih dari 50 lux) juga harus diganti atau dikurangi dengan memasang filter agar koleksi tekstil tidak lekas pudar.

Kerap bersinggungan dengan bahan konservan yang bersifat kimia, para konservator termasuk golongan yang paling mudah terpapar dan terkena dampaknya. Penyakit-penyakit seperti gangguan pernapasan, gatal-gatal, dan lainnya kerap menjangkiti para pekerja konservasi. Untuk itulah selalu dilakukan pengujian bahan konservan untuk menemukan formula yang cocok dan efektif dalam membersihkan dan membasmi hama perusak koleksi, tetapi juga aman bagi orangnya.

Teknik konservasi yang ramah lingkungan terus dikembangkan oleh para konservator agar tidak membahayakan koleksi dan manusia. Untuk itu, dilakukan sejumlah kajian guna menemukan beberapa formula bahan konservan yang pas dalam perawatan dan pengawetan koleksi.

Para konservator mengembangkan dan memanfaatkan teknik fumigasi dengan menggunakan gas N2 (An-oxide). Teknik ini bekerja dengan melingkupi penyimpanan koleksi yang tertutup dengan gas N2 agar tidak ada oksigen bagi serangga untuk tumbuh, sehingga teknik ini lebih ramah lingkungan. Teknik ini mulai menggantikan penggunaan Phostoxin berbentuk tablet yang diletakkan dalam ruang penyimpanan tertutup yang akan menyublim untuk membunuh serangga.

Baca Juga: Hadiri Gebyar Anak Usia Dini, Bupati Sleman Dorong Pemenuhan Tumbuh Kembang Anak

Laboratorium adalah rumah kedua bagi para konservator. Laboratorium digunakan untuk pekerjaan konservasi yang membutuhkan penanganan tingkat lanjut seperti patah, cat terkelupas, tekstil yang rapuh, atau logam karat yang aktif. Biasanya penanganan seperti itu membutuhkan bahan konservan yang lebih kuat, sehingga tim konservasi harus menjaga keamanan pengunjung museum.

Koleksi dengan tingkat kerusakan ringan, misal kotor dan debu, bisa dilakukan di ruang pameran. Biasanya di tempat inilah pengunjung bisa melihat dan mempelajari cara kerja para dokter ini secara langsung. Penanganan tingkat lanjut juga bisa dilakukan di ruang pameran apabila ukuran koleksinya terlalu besar, dengan catatan area konservasi harus ditutup untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pengunjung.

Itulah peran penting pekerja konservasi koleksi museum. Mereka bekerja di tempat yang senyap, di bagian yang tersembunyi, berkutat dengan sarana dan bahan-bahan kimia yang relatif berbahaya demi indahnya koleksi museum yang dipamerkan. Koleksi museum harus dapat diwariskan kepada generasi penerus, agar dapat menjadi media dalam pendidikan dan pencerdasan masyarakat, dalam rangka pembentukan karakter bangsa.***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: museumnasional.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x