6 Falsafah Jawa yang Jadi Pegangan Presiden Kedua Indonesia HM Soeharto

- 15 Oktober 2021, 06:15 WIB
. Museum dan Monumen Tetenger Jenderal Besar HM Soeharto di Kemusuk, Sedayu Bantul. 6 Falsafah Jawa yang Jadi Pegangan Presiden Kedua RI HM Soeharto,
. Museum dan Monumen Tetenger Jenderal Besar HM Soeharto di Kemusuk, Sedayu Bantul. 6 Falsafah Jawa yang Jadi Pegangan Presiden Kedua RI HM Soeharto, /Visitingjogja.com

Baca Juga: Wanita Kurang Baik Hidupnya Menurut Ilmu Titen Primbon Jawa, Berikut Ciri-cirinya

5. Sugih tanpa banda

Falsafah lengkapnya adalah ‘sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji-aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake’.

Kalau dijabarkan, orang kaya adalah orang yang selalu dalam keadaan ikhlas menerima apa yang sudah ada dengan syukur. Hidup yang kaya tanpa punya kekayaan dalam arti materi.

Digdaya tanpa aji-aji artinya kita mesti punya prinsip yang sangat kuat dalam menjalani kehidupan. Punya kekuatan tapi tanpa ajimat.

Ngelurug tanpa bala, artinya tidak menjadi kuat hanya karena bisa mengalahkan seseorang. Menundukkan orang lain tidak harus memakai kekuatan fisik atau mengerahkan banyak orang tapi bisa dengan prinsip yang kuat. Atau mengalahkan seseorang dengan cara bersikap satria datang sendiri tanpa membawa kawan atau pasukan.

Menang tanpa ngasorake, meskipun kelihatan kita menang tapi orang yang dikalahkan tidak merasa dikalahkan. Akhirnya terjadi hubungan yang baik dan damai di atas bumi manusia.

6. Adigang, Adigung dan Adiguna

Adigang, Adigung, Adiguna, Ojo Dumeh adalah ungkapan Jawa yang yang jadi pegangan Soeharto yakni mengajarkan kita agar tidak sombong dan tidak merehkan orang lain saat kita berkuasa, karena apa yang dimiliki dapat hilang sewaktu-waktu atau jangan semena-mena. ***

 

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah