Tradisi Menarik Selama Bulan Ramadhan dari Asia, Afrika dan Eropa. Nomor 3 Permainan Orang Dewasa

6 April 2021, 14:56 WIB
ilustrasi tradisi lampion fanous di Mesir untuk menyambut bulan Ramadhan /Bagus Kurniawan/Rawan Yasser/Unsplash

PORTAL JOGJA - Ada berbagai macam tradisi selama bulan Ramadhan berlangsung di seluruh dunia tempat mayoritas umat Islam berada. Tradisi selama bulan puasa bagi umat muslim sedunia ini beraneka ragam dan memiliki kekhasan masing-masing meskipun di beberapa tempat ada sedikit kemiripan.

Tradisi selama bulan Ramadhan ini berlangsung di Asia, Afrika, hingga ke Eropa, mengikuti jejak sejarah kekhalifahan Islam.

1. India

Tradisi kerajaan Islam Mughal di India yang bertahan hingga kini adalah Seheriwala atau disebut juga zohridaars Delhi.

Baca Juga: 5 Manfaat Luar Biasa dari Konsmsi Buah Anggur Salah Satunya Menurunkan Gula Darah

Baca Juga: Informasi Stok Darah PMI DIY Hari Ini Selasa 6 April 2021, Rata-Rata UDD Stok Menipis Dibanding Bulan Lalu

Selama bulan suci Ramadhan, seheriwalas berjalan-jalan di kota pada waktu sebelum sahur, meneriakkan nama Allah dan Nabi Muhammad SAW, sebagai panggilan bangun bagi umat Islam untuk sahur.

Praktik yang telah berusia berabad-abad ini masih dilakukan di beberapa bagian Old Delhi, terutama di lingkungan dengan populasi Muslim yang banyak.

Mereka mulai berkeliling sejak pukul 2.30 pagi dan sering membawa tongkat atau tongkat untuk mengetuk pintu dan dinding rumah.

 

2. Lebanon

Di negara-negara timur tengah, termasuk Lebanon, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadhan untuk menandakan waktu berbuka puasa.

Baca Juga: Terkait Larangan Mudik Lebaran, Gubernur Jatim Khofifah Sebut Silaturahmi Bisa Dilakukan Secara Daring

Baca Juga: Ganjar Pranowo Berduka Presiden Malioboro Meninggal, Katanya : Guru dari Para Guru Penyair Tanah Air

Midfa al Iftar, nama tradisi menembakkan meriam ini, konon berasal dari zaman pemerintahan kekhalifahan Ottoman dengan penguasanya ketika itu, Khosh Qadam.

Menurut cerita yang disampaikan turun temurun, Sultan Qadam tidak sengaja menembakkan meriam baru, bertepatan dengan saat matahari tenggelam.

Suara tembakan meriam ini bergema di seluruh Kairo, Mesir dan dianggap warga sebagai cara baru untuk menandai waktu berbuka puasa.

Akhirnya praktik menembakkan meriam sebagai tanda berbuka puasa pun meluas ke seluruh negeri di bawah kekhalifahan Ottoman, termasuk jazirah Arab, sebagian Afrika dan Eropa.

Baca Juga: Fluktuasi Harga Emas Tak Seragam Hari ini Selasa 6 April 2021 di Pegadaian. Antam Naik dan UBS Turun

Pada tahun 1983 saat terjadi perang saudara di Lebanon, tradisi ini sempat dikhawatirkan akan menghilang karena beberapa meriam disita pasukan Amerika Serikat akibat dianggap sebagai bagian dari senjata perang.

Untungnya setelah perang berakhir, tentara Lebanon menghidupkan kembali tradisi ini dan berlanjut hingga kini.

 

3. Irak

Di Irak, pusat pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib pada masa lalu, perpaduan antara budaya Islam dan adat setempat berpadu pada permainan Mheibes.

Baca Juga: Nagita Slavina Menangis Tersedu-sedu Saat Video Call dengan Zaskia Sungkar, Kia: Lu Kaya Nyokap Gue

Bukan dimainkan oleh anak-anak, permainan ini dimainkan oleh dua kelompok pria dewasa setelah berbuka puasa dan hanya selama bulan Ramadhan.

Ada sekitar 40 hingga 250 pria yang bermain dalam permainan Mheibes. Pada dasarnya permainan Mheibes adalah suatu permainan untuk menebak siapa yang memegang satu cincin atau Mihbes diantara puluhan hingga ratusan orang dewasa yang berada di tempat tersebut hanya berdasarkan lirikan mata, gerakan dan gestur tubuh peserta lainnya.

Meskipun pada akhir permainan tetap ada pihak yang kalah, semua orang bersorak sorai merayakan kebersamaan dengan mengikuti alunan musik dari terompet dan tetabuhan.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Resmi Jadi Syarat Umrah Ramadhan dan Haji 2021, Kabar Terbaru dari Arab Saudi!

Permainan Mheibes terbukti mempererat ikatan kekeluargaan bagi para warganya.

4. Albania

Masih merupakan jejak sejarah dari kekhalifahan Ottoman, di Albania, bagian dari benua Eropa, sekelompok muslim Roma, yang juga dikenal sebagai kaum gypsy yang beragama Islam, memiliki tradisi merayakan waktu berbuka puasa pada bulan Ramadhan.

Setiap hari di bulan Ramadhan sekelompok orang yang memakai ikat kepala memainkan Lodra, semacam tetabuhan yang dilapisi kulit domba atau kambing dan meniupkan terompet khas masyarakat setempat.

Baca Juga: Pernikahan Atta dan Aurel Dicerca Netizen Indonesia, Dipuja Netizen Malaysia

Lagu-lagu tradisional dimainkan menjelang waktu berbuka puasa tiba. Penduduk pun berbaris mendengarkan keriuhan ini.

Tak jarang para pemain musik tradisional ini juga turut diundang ke dalam rumah warga untuk memainkan lagu balada tradisional untuk merayakan buka puasa.

5. Maroko

Selama bulan Ramadhan lingkungan di Maroko dipenuhi oleh Nafar, musisi peniup terompet dan Tebbal musisi penabuh genderang, yang berkeliling untuk membantu masyarakat bangun sahur.

Mereka mengenakan jubah tradisional yang bernama gandora, beserta sandal dan topi khas Maroko.

\Baca Juga: 128 Warga Meninggal dan 72 Hilang Dampak dari Cuaca Ekstrem Siklon Tropis Seroja di NTT

Para Nafar dan Tebbal ini biasanya berasal dari masyarakat setempat dan mereka melakukan tugas meniup terompet dan menabuh genderang secara sukarela.

Meskipun dilakukan secara sukarela, orang-orang yang terbangun karena alunan melodi yang mereka tiup dan tabuh biasanya memberikan tips bagi mereka. Apalagi ketika hari terakhir sahur di bulan Ramadhan.

Konon tradisi ini dimulai oleh seorang sahabat Nabi Muhammad SAW berkeliling di jalan menjelang fajar sambil mendendangkan doa-doa dengan merdu.

Tradisi ini meluas hingga ke Maroko, Suriah, Uni Emirat Arab dan Tunisia di Afrika.

Baca Juga: Hotma Sitompul Akhirnya Mengaku Mengusir Istrinya, Desiree Tarigan. Ini Alasannya!

6. Mesir

Kekhasan bulan Ramadhan di Mesir terlihat dengan adanya Fanous alias lentera dengan hiasan rumit yang tersebar di seluruh negeri.

Lentera ini melambangkan persatuan, cahaya dan kegembiraan sepanjang bulan suci penuh berkah ini.

Bila asalnya, Fanous hanya digantungkan, kini pada bulan Ramadhan banyak anak-anak berkeliling di jalan membawa Fanous sambil bernyanyi riang untuk meminta kado san manisan kepada orang sekitar.

Konon tradisi ini bermula pada zaman dinasti Fatimiyah yang bermahzab Syiah pada tahun 900an untuk menyambut penguasa keempat dalam dinasti Fatimiyah, Khalifah Al-Muʿizz li-Dīn untuk kedatangannya yang pertama kali di Kairo, Mesir.

Baca Juga: Hati-Hati Mutasi dari Virus Covid-19 E484K (Eek) Sudah Menyerang Sebagian Besar Pasien Corona di Tokyo

Kedatangan Khalifah yang berkuasa sekitar 22 tahun itu bertepatan pada hari pertama di bulan Ramadhan. Untuk menerangi jalan sang khalifah, pejabat setempat memegang lilin dengan dibingkai dengan tempat yang kini menjadi lentera.

 

7. Turki

Serupa dengan Nafar dan Tebbal di Maroko, Turki juga memiliki tradisi untuk membangunkan sahur dengan tabuhan genderang.

Penabuh genderang mengenakan konstum tradisional Ottoman termasuk mengenakan fez, topi bulat berwarna merah dengan surai pada bagian tengah, dan rompi dengan ornamen khas Turki.

Baca Juga: Siapkan Perlengkapan Hujan, BMKG Perkirakan Hari Ini Hujan Turun Siang Hingga Sore

Tradisi yang terbangun sejak kekhalifahan Ottoman berkuasa di Turki ini menabuh Davul, yaitu drum dengan tabuhan di kedua sisinya, pada pagi hari untuk membangun kan warga untuk sahur.

Warga yang terbangun untuk sahurpun memberikan tips yang dinamakan Bahsis kepada para penabuh davul ini.

Tidak hanya tips, namun warga juga terkadang mengundang mereka untuk berbagi makanan sahur bersama.

Tips atau Bahsis yang diberikan oleh warga biasanya dikumpulkan sebanyak dua kali selama bulan suci Ramadhan.***

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: The Culture Trip

Tags

Terkini

Terpopuler