Network
PORTAL JOGJA - Baru-baru ini, muncul sebuah istilah varian baru dari SARS-CoV-2 atau Covid-19 bernama Omicron. Varian Covid-19 yang muncul di Afrika Selatan ini dinamai berdasatkan huruf ke-15 pada alfabet Yunani.
Virus varian baru ini, sekarang dikait-kaitkan dengan peningkatan pasien konfirmasi di Afrika Selatan dan sering disejajarkan dengan varian Delta yang sempat merebak pada pertengahan 2021.
Ditengah polemik yang menyebar di masyarakat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Minggu bahwa belum jelas apakah varian coronavirus Omicron baru lebih menular dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 lainnya atau jika menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Baca Juga: Belanda Umumkan 13 Orang Positif Covid-19 Varian Omicron, Penyelidikan Terus Berlanjut
"Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi ini mungkin karena meningkatnya jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, daripada akibat infeksi spesifik dengan Omicron," kata WHO melansir dari CNA.
Namun, dalam sebuah pernyataan, agensi menegaskan kembali bahwa bukti awal menunjukkan mungkin ada risiko reinfeksi yang lebih tinggi dari varian tersebut.
WHO mengatakan sedang bekerja sama dengan para ahli teknis untuk memahami dampak potensial dari varian pada penanggulangan yang ada terhadap penyakit COVID-19, termasuk vaksin.
"Saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lain," kata WHO.
"Infeksi awal yang dilaporkan termasuk di antara studi universitas - individu yang lebih muda yang cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan - tetapi memahami tingkat keparahan varian Omicron akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu," katanya.
