Jerman Tolak Kembali ke Afghanistan Setelah AS dan NATO Hengkang

- 9 Agustus 2021, 23:24 WIB
Ilustrasi Taliban,  Jerman Tolak Kembali ke Afghanistan Setelah AS dan NATO Hengkang
Ilustrasi Taliban, Jerman Tolak Kembali ke Afghanistan Setelah AS dan NATO Hengkang /REUTERS/Omar Sobhani.

PORTAL JOGJA - Perang antara pemerintah Afghanistan melawan Taliban masih terjadi di pinggiran Kota Kabul. Akibat serangan itu telah mengakibtakn fotografer atau jurnalis Reuters tewas.

Pertempuran semkain meningkat setelah pasukan NATO pimpinan Amerika Serikat (AS) menyatakan akan keluar dari Afghanistan.

Bebeapa perundingan anatara wakil pemerintah dengan Taliban juga telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil.

Rencana pasukan NATO akan hengkang dari Afghanistan juga mendapat reaksi dari pasukan internasional. Pasukan dari berbagai negara seperti Jerman menolak kembali ke Afghanistan.

Sejak AS mengumumkan rencana pada April untuk menarik pasukan pada 11 September, aliansi NATO mengikuti langkah AS tersebut.

Baca Juga: Taliban Mulai Kepung Kota Sekitar Kabul, Inggris akan bekerja dengan Taliban Jika Kuasai Afghanistan

Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer pada Senin menolak seruan agar tentaranya kembali ke Afghanistan setelah gerilyawan Taliban merebut kota Kunduz di mana pasukan Jerman dikerahkan selama satu dekade.

Jerman memiliki kontingen militer terbesar kedua di Afghanistan setelah Amerika Serikat. Di Kunduz, mereka kehilangan lebih banyak pasukan dalam pertempuran daripada di tempat lain.

Taliban menyerbu tiga ibu kota provinsi termasuk Kunduz pada akhir pekan sejak pasukan asing mulai menarik diri dari Afghanistan.

"Laporan dari Kunduz dan dari seluruh Afghanistan sangat pahit dan menyakitkan," kata Kramp-Karrenbauer melalui Twitter.

"Apakah masyarakat dan parlemen siap untuk mengirim pasukan bersenjata ke dalam sebuah perang dan tetap di sana setidaknya selama satu generasi? Jika tidak, maka penarikan bersama dengan para mitra tetap merupakan keputusan yang tepat."

Beberapa politisi di dalam partai konservatif Jerman menginginkan pasukan mereka berpartisipasi melawan Taliban, tetapi Kramp-Karrenbauer mengatakan memerangi mereka akan membutuhkan upaya yang panjang dan keras.

Baca Juga: Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad Diinterogasi Polisi Terkait Aksi Demo

Sementara itu, kekerasan meningkat ketika Taliban merebut beberapa wilayah di Afghanistan.

Kramp-Karrenbauer menyalahkan mantan Presiden AS Donald Trump karena merusak operasi Afghanistan, meskipun penggantinya, Joe Biden, yang menerapkan kebijakan penarikan.

“Kesepakatan yang tidak menguntungkan antara Trump dengan Taliban adalah awal dari sebuah akhir,” katanya tentang kesepakatan yang dibuat Trump dengan Taliban pada tahun 2020 agar pasukan AS pergi dari Afghanistan. ***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah