Varian Delta Lebih Ganas, Pakar di AS Sarankan Ada Vaksin Penguat Bagi Suntikan J&J

- 26 Juni 2021, 20:34 WIB
Bukan cuma vaksin AstraZeneca, penelitian Universitas Oxford juga membuktikan bahwa vaksin Pfizer ampuh mengatasi Covid-19 varian Delta.
Bukan cuma vaksin AstraZeneca, penelitian Universitas Oxford juga membuktikan bahwa vaksin Pfizer ampuh mengatasi Covid-19 varian Delta. / Pixabay/Torstensimon

PORTAL JOGJA - Varian baru virus Covid-19 Delta diperkiarakan lebih ganas penularannya dibandingkan varian lainnya. Kini varian delta diperkiaana juga sudah menyebar di Indonesia.

WHO mencatat Indonesia kini masuk lima besar kasus penularan covid-19 termasuk adanya varian baru virus delta tersebut.

Para ahli di Amerika Serikat (AS) berpendapat penyakit menular menimbang perlunya vaksin booster (penguat) berbasis mRNA Pfizer/BioNTech atau Moderna untuk orang Amerika yang menerima vaksin satu dosis Johnson & Johnson karena meningkatnya prevalensi varian Delta yang lebih menular.

Baca Juga: Lonjakan Covid-19 di Yogyakarta, Rumah Sakit Belum Bisa Terima Pasien, Tabung Oksigen Langka

Beberapa ahli mengatakan mereka telah melakukannya sendiri, bahkan tanpa data yang dipublikasikan tentang apakah menggabungkan dua vaksin yang berbeda aman dan efektif atau mendapat dukungan dari regulator kesehatan AS. Kanada dan beberapa negara Eropa sudah mengizinkan orang untuk mendapatkan dua suntikan vaksin Covid-19 yang berbeda.

Perdebatan berpusat pada kekhawatiran tentang seberapa protektif suntikan vaksin dari J&J terhadap varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India dan sekarang beredar luas di banyak negara.
Varian Delta dapat menular dengan cepat dan bisa menjadi versi virus yang dominan di Amerika Serikat, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Rochelle Walensky telah memperingatkan.

Tidak ada data substansial yang menunjukkan seberapa protektif vaksin J&J terhadap varian baru ini. Namun, penelitian di Inggris menunjukkan bahwa dua dosis vaksin Pfizer/BioNTech atau AstraZeneca secara signifikan lebih protektif terhadap varian itu daripada satu dosis.

Andy Slavitt, mantan penasihat pandemi senior untuk Presiden AS Joe Biden, mengemukakan gagasan itu minggu ini di podcastnya. Setidaknya setengah lusin pakar penyakit menular terkemuka mengatakan regulator AS perlu mengatasi masalah ini dalam waktu singkat.

"Tidak ada keraguan bahwa orang yang menerima vaksin J&J kurang terlindungi dari penyakit," dibandingkan mereka yang mendapatkan dua dosis suntikan lainnya, kata profesor Stanford Dr. Michael Lin.

"Dari prinsip mengambil langkah mudah untuk mencegah hasil yang sangat buruk, ini benar-benar tidak perlu dipikirkan."

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah