9 Negara di Dunia yang pernah Alami Kudeta Militer, Paling Sering Thailand, Irak, Libya, Turki, Myanmar

16 April 2021, 15:57 WIB
Ilustrasi kudeta militer /tangkapan layar youtube.com /UATV English

PORTAL JOGJA - Kudeta adalah pengambil alihan secara paksa suatu pemerintahan oleh kelompok. Kudeta yang terjadi di beberapa negara paling banyak dilakukan oleh kelompok militer bersama sejumlah oposisi atau lawan politik.

Kasus terakhir kudeta militer terjadi di negara Myanmar yang dulu bernama Birma. Kudeta militer di Myanmar pasca pemilihan umum.

Presiden Myanmar Win Mynt, Aung San Suu Kyi dan tokoh senior lain dari Partai Liga Demokrasi ditahan kelompok militer dalam sebuah penggerebekan.

Baca Juga: Serem! Seorang Pria Temukan Ular Berbisa di Bungkusan Selada yang Dibeli dari Supermarket

Baca Juga: Korlantas Siapkan 333 Titik Penyekatan di Sejumlah Jalur, Jalan tol, Jalur Arteri dan Jalan Utama

Di kawasan Asia Tenggar selain Myanmar, Thailand juga negara yang paling sering terjadi kudeta yang dilakukan sekelompok militer. Demikian pula seperti Filipina, kelompok militer juga pernah melakukan kudeta militer di tahun 1980-an misalnya dilakukan perwira tinggi militer waktu itu Gringo Honasan.

Berikut rangkuman dari berbagai sumber sejarah terkait kudeta militer yang terjadi diberbagai negara diantaranya:


1. Libya

Kudeta Libya terjadi pada Februari 2011. Kudeta militer terjadi kepada Presiden Muammar Khadafi yang telah berkuasa puluhan tahun. Negara-negara Barat memandang Khadafi adalah sosok seorang diktator.

Kudeta terhadap Khadafi mendapat dukungan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pasca kudeta, keadaan Libya justru terjadi konflik antar faksi-faksi militer dengan dukungan internasional.

Baca Juga: India Kembali Cetak Rekor Tertinggi Kasus Covid-19, Tembus 200 ribu Lebih per Hari

Baca Juga: Unik dan Menarik! 10 Negara yang Tak Punya Laut, Nomer 1 Tetap Punya Angkatan Laut

Konflik di Afrika Utara kawasan ini akhirnya memunculkan kelompok militan ISIS bermarkas di Sirte. Hingga kini konflik belum berhenti.

2. Mesir 2013

Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fattah el Sisi memimpin kudeta militer terhadap Presiden Mohammad Mursi pada 2013. Kudeta diawali dengan demonstrasi besar-besaran terhadap rezim Mursi hingga akhirnya tumbang.

Setelah Mursi tumbang, rezim militer mengambil alih kepemimpinan sementara. El Sisi kemudian memutuskan untuk ikut pemilihan umum (pemilu) hingga akhirnya terpilih sebagai presiden. Sejak naiknya el Sisi, pendukung Mursi terutama mereka yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin dijebloskan ke penjara.

Baca Juga: Jadwal Imsak, Buka Puasa, Waktu Shalat, 4 Ramadhan 1442 H, Jumat, 16 April 2021, Yogyakarta, Semarang dan Solo

Dalam sejarah Mesir kudeta militer sudah terjadi sejak lama yakni zaman prsiden Anwar Sadat hingga Hosni Mubarak.

3. Thailand 2014

Thailand tengah berada dalam transisi politik saat kudeta pada Mei 2014 terjadi. Saat itu, Negeri Gajah Putih dipimpin oleh Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Namun, kudeta tidak terhindarkan karena Thailand dipenuhi ketidakpastian politik.

Jenderal Prayuth Chan-ocha lalu mendeklarasikan kudeta militer terhadap Yingluck. Setelah kudeta usai, Jenderal Prayuth lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai Perdana Menteri sementara pengganti Yingluck. Hingga kini atau dua tahun setelah kudeta, Thailand masih dikuasai oleh pemerintahan Junta Militer.

4. Turki

Turki menjadi negara terakhir yang dilanda upaya kudeta militer. Pada 15 Juli 2015, faksi militer Turki berupaya menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Namun kudeta tersebut berhasil digagalkan karena warga masih menghendaki Erdogan sebagai pemimpin mereka.

Baca Juga: Aksi Protes Anti Prancis Semakin Bergolak, Prancis Desak Warganya Tinggalkan Pakistan

Kegagalan kudeta Turki dipandang sebagai kemenangan demokrasi. Namun, sejak kegagalan itu, rezim Erdogan melakukan pembersihan di berbagai sektor, terutama pelayan publik. Erdogan menuduh ulama Fethullah Gulen sebagai dalang di balik kudeta tersebut. Erdogan diyakini berusaha membersihkan Turki dari segala pengaruh Gulen.

5 Zimbabwe 2017

Kudeta Zimbabwe mulai meledak menjelang pemilu presiden. Saat itu Robert Mugabe yang menjadi presiden petahana ingin menyingkirkan lawan politiknya. Apalagi selama masa kepemimpinannya, Zimbabwe mengalami kemiskinan dan dibelit korupsi.

Mengetahui rencana Mugabe, Pasukan Angkatan Darat dikabarkan menahan Mugabe dan istrinya, Grace dan tidak memberi tahu keberadaan keduanya. Dan mereka menolak ini disebut kudeta. Selain itu, tentara dikabarkan menangkap Menteri Keuangan Ignatius Chombo dengan alasan tidak jelas. Keberadaannya pun masih belum diketahui. Dia adalah pimpinan faksi G40 di partai penguasa, Zanu-PF.

Baca Juga: Otto Hasibuan Siap Mediasi Hotma Sitompul dan Desiree, Sesalkan Masalah Perceraian Berujung Seteru

Perseteruan antara kalangan elit tentara dan Presiden Robert Mugabe semakin meruncing. Mereka mengancam bakal melakukan kudeta karena Mugabe memecat Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa dan berkeras menjagokan istrinya, Grace, buat menggantikan posisinya.

Kudeta ini berakhir setelah Mugabe mengundurkan diri karena desakan dari warga dan militer. Pada 22 November 2017, Mugabe mengundurkan diri melalui surat yang dibacakan Ketua Parlemen Jacon Mudenda. "Saya, Robert Gabriel Mugabe, secara resmi mengundurkan diri dari Presiden Republik Zimbabwe saat ini juga," demikian pernyataan Mugabe dalam surat itu.

6. Mali Afrika 2012

Kudeta Malian yang dimulai pada 21 Maret 2012 ini dibentuk oleh salah seorang dari tentara Malian yang membentuk sebuah komite untuk mengembalikan demokrasi di negara Mali yang berada di Barat Afrika. Kudeta tersebut dilakukan sebagai bentuk ketidakpuasan atas pemerintahan yang dipimpin oleh presiden Amadou Toumani Toure.

Baca Juga: Insentif PPnBM Ada, Penjualan Mobil Baru Meningkat Lebih Dari 70 Persen, Hanya Dalam 1 Bulan

Pemberontakan ini mengincar ibukota Barnako, termasuk di dalamnya ada tempat istirahat presiden, barak militer, dan stasiun televisi. Pasukan pemberontak menyatakan bahwa mereka berhasil memaksa presiden Amadou untuk mundur setelah sempat sekian lama bersembunyi. (MDS)


7. Suriah 1949

Pada tahun 1949, CIA melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan Suriah. Upaya kudeta itu, diduga kuat dilakukan oleh AS untuk mensukseskan proyek pembangunan pipa pendistribusian minyak The Trans-Arabian Pipeline yang melintasi Suriah.

Baca Juga: Insentif PPnBM Ada, Penjualan Mobil Baru Meningkat Lebih Dari 70 Persen, Hanya Dalam 1 Bulan

Penggulingan pemerintahan dijadikan cara, sebab, rezim Suriah yang saat itu dipimpin oleh Shukri al-Quwatli, dinilaitidak dapat memberikan keuntungan bagi Amerika AS ada di balik layar kudeta Suriah. Melalui CIA, AS menyiapkan seorang 'boneka politik', yakni pria bernama Husni al-Za'im, untuk memimpin gerakan revolusi.

Dalam waktu singkat, al-Za'im berhasil memimpin kudeta, menggulingkan rezim al-Quwatli, dan naik menjadi Presiden Suriah melalui pemilu. Tidak lama kemudian, pembangunan the Trans-Arabian Pipeline berhasil dilaksanakan.

Ironisnya, baru 4 bulan menjabat, Presiden al-Za'im digulingkan dan dibunuh oleh antek mantan presiden al-Quwatli. Terbunuhnya sang boneka AS dari kursi kepresidenan Suriah membuat AS kehilangan tajinya dalam proyek Trans-Arabian Pipeline.

8. Iran 1953

Pada awal 1950-an, Mohammad Mossaddegh merupakan perdana menteri Iran yang terpilih secara demokratis. Setelah menjabat, Mossaddegh berupaya untuk mendapatkan kontrol nasional atas ladang minyak di Iran.

Baca Juga: Jelang Akhir Pekan, Harga emas Antam Turun, UBS Naik di Pegadaian Hari Ini Jumat 16 April 2021

Dalam upayanya untuk mengontrol kilang minyak nasional Iran, sang perdana menteri mulai mengaudit Perusahaan Minyak Anglo-Iran (AIOC) yang berasal dari Inggris, hal itu membuat Amerika Serikat was-was. Ketakutan AS adalah, jika Mossaddegh berhasil mendapat kontrol penuh AIOC, dalam waktu dekat Uni Soviet seteru AS pada Perang Dingin dan secara geografis dekat ke Iran akan melakukan pendekatan dan menanamkan pengaruhnya kepada sang perdana menteri.

Atas alasan itu, CIA mulai berencana untuk menggulingkan Mossaddegh, dengan harapan dapat menegaskan kembali kekuatan Shah Mohammad Reza Pahlavi sebagai raja yang kemudian menisbatkan Jenderal Fazlollah Zahedi sebagai pemimpin baru Iran. Gugus tugas gabungan intelijen AS - Inggris mulai aktif melakukan pendanaan ke berbagai kelompok oposisi Mossaddegh di Iran.

Baca Juga: Tips Aman Berkendara Saat Puasa, Begini Cara Kelola Emosi Biar Ibadah Tetap Lancar

Kelompok itu kemudian melakukan sejumlah plot teror yang dirancang untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Mossaddegh. Selain itu, Inggris melalui AIOC turut mengucurkan kocek untuk menyuap sejumlah pejabat Iran yang pro-Barat untuk menerapkan Mossadegh sebagai persona-non-grata.

Kudeta terselubung AS - Inggris 1953 itu berhasil. Sekitar 300 orang pro-Mossadegh meninggal dan ratusan lainnya dipenjara dan dijatuhi hukuman mati oleh mahkamah militer kelompok oposisi.

Raja Pahlavi berhasil memimpin selama 26 tahun, sebelum sentimen anti-AS di Iran muncul. Sentimen itu muncul akibat persepsi negatif warga Iran terhadap keterlibatan AS dalam politik Timur Tengah. Yang akhirnya menghasilkan Revolusi Iran 1979 dan menggulingkan Reza Pahlavi dari pucuk kekuasaan.

9. Irak 1979

Negara Irak tetangga Iran di kawasan Teluk Persia juga pernah mengalami kudeta yang dilakukan tahun 1979 oleh Saddam Hussein.

Baca Juga: Arsenal Menang 4-0 Meski Tanpa Kapten Aubameyang. Ternyata Terkena Malaria di Gabon

Saddam Hussein adalah perwira militer yang kemudian jadi Presiden Irak yang merupakan salah satu pemimpin yang dianggap diktator oleh masyarakat dunia, terutama Barat. Ia berkuasa selama lebih dari 20 tahun, pernah melakukan invasi ke Kuwait tahun 1990-an yang mengakibatkan terjadiny perang teluk.

Saddam Hussein mulai berkuasa, setelah mengambil alih kursi presiden dari Ahmed Hassan al -Bakr yang mengundurkan diri.

Saddam Hussein menjadi kepala negara Irak selama 24 tahun, dari tahun 1979 hingga tahun 2003. Saddahm Hussein kemudian dijatuhkan dan dihukum gantik di Irak setelah berhasil ditankap dari persembunyiannya.

Selain 9 negara ini sebenarnya masih ada beberapa negara yang menalmi kudeta baik di kawasan Afrika dan Amerika Latin yang dilakukan kelompok-kelompok militer.***

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler