Digitalisasi Syariah Para Pengusaha Produk Syariah di Yogyakarta

- 20 April 2023, 22:32 WIB
Pelanggan memilih pakaian muslim di Karita Muslim Square
Pelanggan memilih pakaian muslim di Karita Muslim Square /Lucky JR/ Portaljogja.com/


PORTALJOGJA – Bisnis Syariah telah banyak digeluti oleh para pengusaha di Indonesia. Bisnis Syariah sendiri adalah bisnis Islami yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan berpatokan pada prinsip-prinsip ajaran atau Syariah Islam yang mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits.

Unit usaha bisnis Syariah juga mengacu pada konsep halal untuk setiap produknya. Jadi, produk barang dan jasa yang dijual adalah produk yang halal seperti makanan-minuman halal, kosmetik halal, bisnis umroh dan haji, salon bagi Muslimah dan lain sebagainya. Meski bisnis Syariah mengacu pada ajaran Islam namun pelaku dan konsumen bisnis Syariah bersifat umum dan general tergantung dengan kebutuhan konsumen.

Menurut Bank Indonesia, bisnis ekonomi Syariah bersifat inklusif bukan eksklusif kepada  seluruh masyarakat  atau dengan prinsip muamalah. Dengan pola ekonomi Syariah ini dijamin pengendalian harta, distribusi pendapatan, optimalisasi investasi dan berbagi resiko, melarang spekulasi, transparan, dan tidak zalim dan mengandung  partisipasi sosial untuk kepentingan publik.

Baca Juga: Melihat Gerhana Matahari di Taman Pintar Yogyakarta

Partisipasi sosial ini biasa disebut dengan ZISWAF yaitu Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Kegiatan ini merupakan Ibadah muamalah yang lazim dilakukan oleh umat Islam di dunia konvensional.

Prospek Bisnis Ekonomi Syariah Indonesia

Saya mencoba menganalisa tentang bisnis dengan ekonomi Syariah di Indonesia nih. Menurut salah satu praktisi dan pengamat ekonomi Syariah, Raymond Chin mengatakan bahwa potensi ekonomi Syariah di Indonesia sangatlah besar. Ia mengibaratkan bahwa ekonomi Syariah layaknya Sleeping Giant Economy di Indonesia.

Dalam Analisanya melalui siaran YouTube, Raymond Chin menyampaikan bahwa bisnis Syariah di Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Berdasarkan jumlah demografi masyarakat muslim di Indonesia yang mencapai 87,2% dari total populasi Indonesia yang jumlahnya 269, 6 juta jiwa. Itu artinya 229, 62 juta jiwa yang beragama Islam dan otomatis mereka adalah pangsa pasar yang sangat besar untuk ekonomi dan bisnis Syariah ini.

“Indonesia adalah negara tersebar berpopulasi Muslim terbesar tetapi ranking ekonomi Syariah berada di peringkat empat setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Makanya ini bisa disebut Sleeping Giant Economy,” kata Raymond mengutip data dari Global Islamic Economy Indicator Score.

Jika kita mau merinci bisnis atau industri Syariah sebenarnya hampir semua lini bisnis terdapat pangsa syariah mulai dari makanan, minuman, kosmetik,farmasi, fashion, keuangan media, kesehatan, perhotelan, pariwisata dan lainnya.

“Industri Syariah di Indonesia masih dominan dengan sektor keuangan dan perbankan karena ajaran agama Islam memiliki emotional attachment bagi masyarakat Indonesia,” kata Raymond Chin.

Sementara itu,  menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2021, meski memiliki pangsa yang besar dan luas, total aset keuangan Syariah hanya 9,6% dari  total pasar keuangan di Indonesia.

“Bank Syariah hanya 6,4% terhadap total aset perbankan secara keseluruhan. Kita berusaha meningkatkan pasar perbankan di Indonesia. Tapi masih banyak kendala,” kata Komisioner OJK Imansyah pada Webinar Maybank Shariah Thought Leaders Forum 2021 di Jakarta, Kamis (27/5/2021).

Baca Juga: Dibanjiri Pemudik, DIY Targetkan Zero Kecelakaan Pada Hari Raya Idul Fitri 2023

Digitalisasi  Bisnis-Bisnis Syariah di Yogyakarta 

Kami coba menelusuri bisnis-bisnis Syariah yang ada di Kota Yogyakarta. Di kota pelajar ini, terdapat banyak segmen bisnis Syariah karena banyaknya populasi kaum muda muslim di kota ini. Segmen usaha seperti makanan-minuman halal, fashion muslim, hijab hingga perhotelan banyak menggunakan sistem Syariah dengan pangsa pasar umat Islam.

Di bidang consumer goods atau barang konsumsi sehari-hari, ada produsen air minum Amanah yang berbasis di daerah Pakem, Sleman. Dengan mengusung konsep Syariah sesuai dengan brand yang digunakan, produsen air minum Amanah ini terbukti dapat bersaing dengan produsen-produsen yang sudah menjadi pemain lama.

Konsumen air minum Amanah ini pada awalnya adalah kantor atau instansi berbasis islam, organisasi Islam, Pondok Pesantren, Masjid dan lainnya yang secara sosial mendapatkan emotional attachment dari produk yang mengusung semangat Syariah ini. Saat ini Amanah dengan melakukan ekspansi ke pasar konvensional dengan bersaing dengan merk atau brand yang sudah eksis di industri air minum di Indonesia.

Mengutip dari laman resmi Air Amanah, perusahaan ini sudah telah melakukan ekspansi air minum ke lima daerah kabupaten dengan membentuk lima perusahaan berbeda di setiap kota/kabupaten diantaranya di Jogja, Ungaran, Karanganyar, dan Pemalang. Dari sisi digitalisasi pemasaran, Air Amanah ini juga telah melakukan pemasaran secara digital dengan adanya website resmi yang berisikan informasi mengenai produk, harga, distributor dan informasi lain yang diperlukan oleh pelanggan.

Dengan ekspansi ke berbagai daerah dan membentuk banyak entitas perusahaan ini menunjukan bahwa perusahaan air minum ini telah berkambang dan mampu bersaing  dengan produsen konvensional yang menjadi kompetitornya.  Itulah salah satu gambaran produsen air minum kemasan yang berbasis syariah di Sleman, Yogyakarta. Perusahaan berbasis Syariah ini juga juga membuat Gerakan Indonesia Amanah yang dijadikan tagline perusahaan ini.

Di segmen bisnis fashion, di Yogyakarta terdapat beberapa Gerai dan Brand yang sudah menjadi magnet atau pusat perbelanjaan fashion Syariah yaitu Gerai Karita Muslim. Dengan tagline Gaya Muslim Muda, gerai bisa dikatakan menjadi role model butik pakaian muslim di Yogyakarta dengan segmentasi kaum wanita.

Bahkan, karena magnet gerai Karita  di Jalan Simanjuntak, Terban dijadikan sentra gerai fashion muslim dengan adanya gerai atau brand lain seperti Pands, Hij-Up, Umama Fashion dan laiinya. Geliat ini menunjukan bisnis Syariah di bidang fashion begitu berkembang di Yogyakarta meski mengarah pada pangsa pasar yang seragam.

Menyoroti Karita di dunia digital marketing, geria ini juga telah memiliki pemasaran online yang kuat dengan adanya online website resmi, akun marketplace berlabel Mall di Shopee, Tokopedia dan lainnya. Disadari ataupun tidak ini membuktikan bahwa industry fashion Syariah dalam berkembang sangat pesat di pasar konvensional maupun pasar digital. Pangsa pasar Syariah yang dapat digeneralisasi dari populasi kaum muslim memang sangat melimpah di kota-kota di Indonesia.

Beralih ke sektor perhotelan dan pariwisata di Yogyakarta, segmen Syariah juga berkembang pesat di kota wisata ini. Menurut data dari Traveloka sebagai market service layanan perhotelan, ada beberapa hotel di Yogyakarta yang menerapkan prinsip Syariah dan mendapatkan tingkat okupansi yang tinggi. Tercatat ada enam hotel berbintang berbasis Syariah di Yogyakarta seperti ; Grand Rohan Jogja, Ndalem Nuriyat Spa, Skin Care Family Villas, Royal Homy Syariah, Hotel Adilla Syariah Ambarukmo,   Grand Serela Yogyakarta, Arrayan Malioboro Syariah.

Baca Juga: Kapolda DIY Pantau Pos Pengamanan Operasi Ketupat Progo 2023

Meski berkonsep Syariah, Hotel-hotel ini tidak membatasi kepada tamu yang akan menginap. Hotel-hotel ini juga menjadi rekomendasi Traveloka sebagai tempat menginap di Yogyakarta.

Nah, inilah potret digitalisasi bisnis-bisnis Syariah di Yogyakarta yang berkembang pesat mengikuti arus modernisasi yang menjadi bukti pangsa pasar Syariah di Indonesia yang terus berkembang. Mengutip pernyataan praktisi Raymond Chin di awal tulisan rasanya memang benar jika ekonomi Syariah di Indonesia akan terus berkembang karena populasi umat muslim yang begitu besar. Populasi muslim yang besar ini juga kan didukung dengan kesadaran alamiah bahwa sebagai customer yang memiliki emotional attachment terhadap bisnis yang memiliki kedekatan dengan agama dalam hal ini bisnis Syariah. ***igitalisasi Syariah Para Pengusaha Produk Syariah di Yogyakarta

PORTALJOGJA – Bisnis Syariah telah banyak digeluti oleh para pengusaha di Indonesia. Bisnis Syariah sendiri adalah bisnis Islami yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan berpatokan pada prinsip-prinsip ajaran atau Syariah Isla

Unit usaha bisnis Syariah juga mengacu pada konsep halal untuk setiap produknya. Jadi, produk barang dan jasa yang dijual adalah produk yang halal seperti makanan-minuman halal, kosmetik halal, bisnis umroh dan haji, salon bagi Muslimah dan lain sebagainya. Meski bisnis Syariah mengacu pada ajaran Islam namun pelaku dan konsumen bisnis Syariah bersifat umum dan general tergantung dengan kebutuhan konsumen.

Menurut Bank Indonesia, bisnis ekonomi Syariah bersifat inklusif bukan eksklusif kepada  seluruh masyarakat  atau dengan prinsip muamalah. Dengan pola ekonomi Syariah ini dijamin pengendalian harta, distribusi pendapatan, optimalisasi investasi dan berbagi resiko, melarang spekulasi, transparan, dan tidak zalim dan mengandung  partisipasi sosial untuk kepentingan publik.

Partisipasi sosial ini biasa disebut dengan ZISWAF yaitu Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Kegiatan ini merupakan Ibadah muamalah yang lazim dilakukan oleh umat Islam di dunia konvensional.

Prospek Bisnis Ekonomi Syariah Indonesia

Saya mencoba menganalisa tentang bisnis dengan ekonomi Syariah di Indonesia nih. Menurut salah satu praktisi dan pengamat ekonomi Syariah, Raymond Chin mengatakan bahwa potensi ekonomi Syariah di Indonesia sangatlah besar. Ia mengibaratkan bahwa ekonomi Syariah layaknya Sleeping Giant Economy di Indonesia.

Dalam Analisanya melalui siaran YouTube, Raymond Chin menyampaikan bahwa bisnis Syariah di Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Berdasarkan jumlah demografi masyarakat muslim di Indonesia yang mencapai 87,2% dari total populasi Indonesia yang jumlahnya 269, 6 juta jiwa. Itu artinya 229, 62 juta jiwa yang beragama Islam dan otomatis mereka adalah pangsa pasar yang sangat besar untuk ekonomi dan bisnis Syariah ini.

“Indonesia adalah negara tersebar bbesar tetapi ranking ekonomi Syariah berada di peringkat empat setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Makanya ini bisa disebut Sleeping Giant Economy,” kata Raymond mengutip data dari Global Islamic Economy Indicator Score.

Jika kita mau merinci bisnis atau industri Syariah sebenarnya hampir semua lini bisnis terdapat pangsa syariah mulai dari makanan, minuman, kosmetik,farmasi, fashion, keuangan media, kesehatan, perhotelan, pariwisata dan lainnya.

“Industri Syariah di Indonesia masih dominan dengan sektor keuangan dan perbankan karena ajaran agama Islam memiliki emotional attachment bagi masyarakat Indonesia,” kata Raymond Chin.

Sementara itu,  menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2021, meski memiliki pangsa yang besar dan luas, total aset keuangan Syariah hanya 9,6% dari  total pasar keuangan di Indonesia.

“Bank Syariah hanya 6,4% terhadap total aset perbankan secara keseluruhan. Kita berusaha meningkatkan pasar perbankan di Indonesia. Tapi masih banyak kendala,” kata Komisioner OJK Imansyah pada Webinar Maybank Shariah Thought Leaders Forum 2021 di Jakarta, Kamis (27/5/2021).

Digitalisasi  Bisnis-Bisnis Syariah di Yogyakarta 

Kami coba menelusuri bisnis-bisnis Syariah yang ada di Kota Yogyakarta. Di kota pelajar ini, terdapat banyak segmen bisnis Syariah karena banyaknya populasi kaum muda muslim di kota ini. Segmen usaha seperti makanan-minuman halal, fashion muslim, hijab hingga perhotelan banyak menggunakan sistem Syariah dengan pangsa pasar umat Islam.

Di bidang consumer goods atau barang konsumsi sehari-hari, ada produsen air minum Amanah yang berbasis di daerah Pakem, Sleman. Dengan mengusung konsep Syariah sesuai dengan brand yang digunakan, produsen air minum Amanah ini terbukti dapat bersaing dengan produsen-produsen yang sudah menjadi pemain lama.

Konsumen air minum Amanah ini pada awalnya adalah kantor atau instansi berbasis islam, organisasi Islam, Pondok Pesantren, Masjid dan lainnya yang secara sosial mendapatkan emotional attachment dari produk yang mengusung semangat Syariah ini. Saat ini Amanah dengan melakukan ekspansi ke pasar konvensional dengan bersaing dengan merk atau brand yang sudah eksis di industri air minum di Indonesia.

Mengutip dari laman resmi Air Amanah, perusahaan ini sudah telah melakukan ekspansi air minum ke lima daerah kabupaten dengan membentuk lima perusahaan berbeda di setiap kota/kabupaten diantaranya di Jogja, Ungaran, Karanganyar, dan Pemalang. Dari sisi digitalisasi pemasaran, Air Amanah ini juga telah melakukan pemasaran secara digital dengan adanya website resmi yang berisikan informasi mengenai produk, harga, distributor dan informasi lain yang diperlukan oleh pelanggan.

Dengan ekspansi ke berbagai daerah dan membentuk banyak entitas perusahaan ini menunjukan bahwa perusahaan air minum ini telah berkambang dan mampu bersaing  dengan produsen konvensional yang menjadi kompetitornya.  Itulah salah satu gambaran produsen air minum kemasan yang berbasis syariah di Sleman, Yogyakarta. Perusahaan berbasis Syariah ini juga juga membuat Gerakan Indonesia Amanah yang dijadikan tagline perusahaan ini.

Di segmen bisnis fashion, di Yogyakarta terdapat beberapa Gerai dan Brand yang sudah menjadi magnet atau pusat perbelanjaan fashion Syariah yaitu Gerai Karita Muslim. Dengan tagline Gaya Muslim Muda, gerai bisa dikatakan menjadi role model butik pakaian muslim di Yogyakarta dengan segmentasi kaum wanita.

Bahkan, karena magnet gerai Karita  di Jalan Simanjuntak, Terban dijadikan sentra gerai fashion muslim dengan adanya gerai atau brand lain seperti Pands, Hij-Up, Umama Fashion dan laiinya. Geliat ini menunjukan bisnis Syariah di bidang fashion begitu berkembang di Yogyakarta meski mengarah pada pangsa pasar yang seragam.

Menyoroti Karita di dunia digital marketing, geria ini juga telah memiliki pemasaran online yang kuat dengan adanya online website resmi, akun marketplace berlabel Mall di Shopee, Tokopedia dan lainnya. Disadari ataupun tidak ini membuktikan bahwa industry fashion Syariah dalam berkembang sangat pesat di pasar konvensional maupun pasar digital. Pangsa pasar Syariah yang dapat digeneralisasi dari populasi kaum muslim memang sangat melimpah di kota-kota di Indonesia.

Beralih ke sektor perhotelan dan pariwisata di Yogyakarta, segmen Syariah juga berkembang pesat di kota wisata ini. Menurut data dari Traveloka sebagai market service layanan perhotelan, ada beberapa hotel di Yogyakarta yang menerapkan prinsip Syariah dan mendapatkan tingkat okupansi yang tinggi. Tercatat ada enam hotel berbintang berbasis Syariah di Yogyakarta seperti ; Grand Rohan Jogja, Ndalem Nuriyat Spa, Skin Care Family Villas, Royal Homy Syariah, Hotel Adilla Syariah Ambarukmo,   Grand Serela Yogyakarta, Arrayan Malioboro Syariah.

Meski berkonsep Syariah, Hotel-hotel ini tidak membatasi kepada tamu yang akan menginap. Hotel-hotel ini juga menjadi rekomendasi Traveloka sebagai tempat menginap di Yogyakarta.

Nah, inilah potret digitalisasi bisnis-bisnis Syariah di Yogyakarta yang berkembang pesat mengikuti arus modernisasi yang menjadi bukti pangsa pasar Syariah di Indonesia yang terus berkembang. Mengutip pernyataan praktisi Raymond Chin di awal tulisan rasanya memang benar jika ekonomi Syariah di Indonesia akan terus berkembang karena populasi umat muslim yang begitu besar. Populasi muslim yang besar ini juga kan didukung dengan kesadaran alamiah bahwa sebagai customer yang memiliki emotional attachment terhadap bisnis yang memiliki kedekatan dengan agama dalam hal ini bisnis Syariah. *****

 

Foto    :    Pelanggan memilih pakaian muslim di Karita Muslim Square Yogyakarta/PORTALJOGJA-LUCKY IR.

 

 

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x