Diikuti 43 Negara, UGM Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional AAS-in-Asia 2024

- 14 Juni 2024, 06:03 WIB
UGM menjadi tuan rumah konferensi internasional Association for Asian Studies (AAS)-in-Asia Juli 2024 mendatang
UGM menjadi tuan rumah konferensi internasional Association for Asian Studies (AAS)-in-Asia Juli 2024 mendatang /Humas UGM/

PORTAL JOGJA - Lebih dari 1.500 akademisi, mahasiswa, seniman, dan praktisi dari 43 negara akan mengikuti konferensi internasional Association for Asian Studies (AAS)-in-Asia di kampus Universitas Gadjah Mada pada 9-11 Juli 2024 mendatang. Peserta dari 43 negara tersebut diantaranya berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Kanada, Jerman, Belanda, Inggris, Korea Selatan, dan Australia.

“Konferensi AAS yang dilaksanakan di UGM ini termasuk yang terbesar di dunia untuk ukuran jumlah pendaftar, presenter hingga peserta. Padahal pelaksanaan di negara lain pesertanya sekitar 500-700 peserta,” kata Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro kepada wartawan, Kamis (13/6), di ruang mini studio Gedung Pusat UGM.

Wening menyebutkan, ada sekitar 1700 peserta yang sudah mendaftar dari berbagai negara namun hanya sekitar 1500 negara yang ditetapkan sebagai presenter dan peserta.

“UGM sebagai tuan rumah dan lokasinya yang berada di Yogyakarta menjadi daya Tarik sendiri bagi peserta untuk datang. Jumlah peserta terbanyak berasal dari Amerika dan China,” ujarnya.

Baca Juga: Info PPDB Sleman, Berikut Link Petunjuk Teknis Pelaksanaannya

Konferensi AAS ke-10 ini mengusung tema "Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts" ini. Tema ini dipilih karena Asia telah lama menjadi persimpangan global dari beragam peradaban, politik, perdagangan, migrasi, agama, seni, dan budaya material.

Ketua Panitia Pengarah, Prof. Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, mengatakan konferensi ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemajemukan, kompleksitas, dan dinamika Asia dalam hubungannya dengan belahan dunia yang lain, dari masa lampau hingga masa kini.

“Tema yang diusung untuk meninjau perkembangan Asia dalam beberapa abad terakhir dan dimana Asia dulunya menjadi target kekuasaan. Semenjak adanya dekolonisasi , Kawasan Asia mulai bangkit tidak hanya memberi pengaruh secara politik, ekonomi dan budaya namun mulai menunjukkan kekuatan yang cukup di tingkat global," ujarnya.

Konferensi ini menurut Pujo menjadi salah satu momentum dalam pertukaran pengetahuan akademik dan pemikiran dalam rangka melakukan dekolonisasi pengetahuan yang selama ini banyak didominasi oleh bangsa barat.

“Seperti nasib politik Asia di masa lalu, produksi pengetahuan didominasi bangsa lain. Konferensi ini menjadi kesempatan bagi kita ,membangun relasi pengetahuan yang setara,” katanya.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah