R.A. Kartini, Sosok Tokoh Pejuang Emansipasi di Tengah Budaya Patriarki

- 21 April 2021, 08:10 WIB
Ilustrasi Kartini Day atau Hari Kartini diperingati setiap 21 April.
Ilustrasi Kartini Day atau Hari Kartini diperingati setiap 21 April. /Pikiran Rakyat/Hening Prihatini

Dari komunikasi dengan Abendanon dan berbagai bacaan yang ia terima dari sahabatnya itu, lantas muncullah keinginan Kartini untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang amat rendah.

Dengan budaya patriarki yang begitu kuat, perempuan Indonesia non bangsawan atau perempuan biasa sama sekali tidak diberi kesempatan belajar atau bersekolah. Hal itu memunculkan kegelisahan pada diri Kartini.

Selain terpaksa berhenti sekolah karena dipingit, Kartini juga diminta menikah dengan seorang laki-laki yang telah memiliki tida orang istri. Ia dijodohkan ayahnya untuk menjadi istri ke-empat dari Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Kartini menikah pada 12 November 1903.

Baca Juga: Mengenal Prof Dr Sardjito Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta, Pejuang, Ilmuwan dan Rektor UGM Pertama

Melihat semangat Kartini, Bupati Rembang itupun mengizinkan istrinya membangun sebuah sekolah wanita di pintu gerbang kompleks kantor Bupati Rembang.  Sayang, belum sempat berkiprah lama untuk memajukan sekolahnya.

Hanya berselang beberapa hari setelah melahirkan putranya yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904, Kartini wafat pada 17 September 1904 atau pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang Jawa Tengah.***

Halaman:

Editor: Siti Baruni

Sumber: LPMP Riau


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x