Ini Labu Susu Citra LaGa Inovasi Peneliti UGM, Persilangan Belanda dan Jepang

16 Januari 2021, 14:28 WIB
Labu susu Citra Labu Gama (LaGa) yang dikembangkan UGM hasil persilangan labu susu Belanda dan Jepang /Bagus Kurniawan/Humas UGM/Portaljogja.com

PORTAL JOGJA - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan varietas labu susu Citra Labu Gama (Citra LaGa).

Labu susu Citra Labu Gama (Citra LaGa) yang memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan labu susu varietas lain.

Labu susu Citra Labu Gama (Citra LaGa) ini juga potensial dibudidayakan di lahan marginal maupun lahan kritis karst.

Baca Juga: Mantan Suami Meninggal, Nita Thalia Ucapkan Perpisahan : Selamat Jalan Ayah Maafin Bunda

Baca Juga: Anies Baswedan Sampaikan Kabar Duka, Salah Satu Ulama dan Tokoh di Indonesia Meninggal Dunia

"Labu susu Citra LaGa ini pertumbuhannya cepat sekitar 75 sampai 85 hari dan mengandung beta karoten yang tinggi sangat baik untuk kesehatan mata dan tubuh," ungkap peneliti labu susu Citra Gama Prof. Budi S Daryono, S.Si., M.Agr.Sc.

Labu susu Citra LaGa merupakan labu susu varietas baru hasil inovasi Budi Daryono bersama dengan peneliti Fakultas Biologi UGM lainnya yakni Prof. Purnomo, M.S. Labu ini telah dikembangkan sejak tahun 2017 silam dan telah dibudidayakan oleh kelompok tani binaan yang berada di Prambanan, Sleman, Yogyakarta.

Baca Juga: Sosok Habib Ali Bin Abdurrahman Assegaf, Guru Rizieq Shihab

Budi menjelaskan labu susu Citra LaGa berasal dari persilangan antara labu susu dari Belanda dan labu susu dari Jepang atau yang dikenal dengan nama Kabocha. Berikutnya dilakukan seleksi hingga menghasilkan galur kultivar Citra Labu Gama.

Labu varietas ini memiliki masa panen yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan labu biasa. Masa panen berkisar antara 75-85 hari setelah tanam.

Dalam satu pohon labu dapat menghasilkan 2 hingga 6 buah labu dengan berat rata-rata 1-3 Kg/buah. Buah berwarna kuning, kuning kecoklatan, oranye ini dapat bertahan hingga 6-12 bulan.

Baca Juga: Tim Gabungan Kerahkan 360 Penyelam, Fokus Pencarian pada Korban, CVR dan Serpihan Pesawat

Labu Citra LaGa juga memiliki keunikan karena dikembangkan dalam tiga macam bentuk yaitu bentuk gitar, bentuk barbel/paprika, serta bentuk leher angsa/ular. Budi menyebutkan untuk labu dengan bentuk gitar umumnya lebih disukai konsumen kelas atas-menengah.

Labu susu Citra Labu Gama (LaGa0 hasil persilangan labu susu Belanda dan Jepang. Labu susu ini dikembangkan oleh UGM Humas UGM/Portaljogja.com

Berikutnya, bentuk barbel/paprika lebih digemari kalangan menengah-atas dan untuk bentuk ular banyak disukai oleh masyarakat umum/menengah-bawah.

“Kami kembangkan 3 bentuk agar konsumen punya pilihan sebab selama ini bentuk banyak ditentukan oleh para tengkulak,” terang Dekan Fakultas Biologi UGM ini.

Baca Juga: Jumlah Korban Meninggal Longsor Sumedang Menjadi 25 Orang, Tim SAR Gabungan Rilis Daftar Korban

Sementara soal ketahanan terhadap hama, Budi mengatakan bahwa varietas labu susu Citra Laga lebih tahan tahan terhadap serangan Begomovirus yang banyak menyerang tanaman labu dibandingkan varietas impor.

Hasil tersebut diperoleh setelah dilakukan penelitian terhadap empat varietas labu susu yakni varietas dari China, varietas dari Jepang, varietas dari Belanda, dan Citra Laga.

"Varietas dari China lebih mudah terinfeksi Begomovirus dan diikuti varietas dari Jepang, varietas dari Belanda, dan terakhir varietas Citra LaGa. Dengan begitu labu susu Citra LaGa menjadi varietas yang lebih tahan terhadap Begomovirus daripada tiga varietas lainnya," urainya.

Baca Juga: Banjir Masih Menggenangi Wilayah di Kalsel, Distribusi Logistik Terhambat

Budi mengatakan budidaya labu susu Citra LaGa sangat potensial dilakukan. Sebab memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk dijadikan sebagai makanan alternatif.

Umumnya, labu susu digunakan sebagai bahan baku tepung untuk bubur bayi/makanan pendamping ASI, kue, roti, dan bubur yang dikonsumsi saat proses penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan lansia.

Labu susu Citra LaGa dapat ditanam di dataran rendah hingga sedang. Tak hanya itu, varietas ini juga bisa dibudidayakan pada lahan-lahan marginal seperti tegalan dan lahan berkapur.

Baca Juga: Wah! Gempita Ultah ke-6, Gading Marten Hadiahi Mainan Ini

"Untuk lahan bekas pertambangan belum dicoba bisa dilakukan budidaya atau tidak. Namun kedepan akan kita coba pada lahan tersebut, semoga dapat ditanam juga," tutupnya.***

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Humas UGM

Tags

Terkini

Terpopuler